Senin, 16 Agustus 2010 By: ArtiHapsari

Antara Ramadhan dan Kemerdekaan

Tahun ini tanggal 17 agustus 2010 jatuh di bulan ramadhan 1431 H..Dua tahun mendatang juga begitu..semua perayaan masyarakat beberapa ada yang dimajukan tapi beberapa juga ditiadakan mengingat hari puasa ramadhan. Tapi sebenarnya juga 65 tahun yang silam yaitu tahun 1945 bangsa Indonesia juga diproklamasikan pada bulan ramadhan..wuihh..keren juga tu pemuda jaman dulu..ga ada akses komunikasi, transportasi dan digital tapi udah keren gitu mikirnya.

Justru sekarang acara kemerdekaan bahkan sekedar upacara aja banyak ngeles ga mau karena puasa…jauh ma istilah patriotisme. Memang kaum muda jaman sekarang belum cocok buat meneruskan cita-cita founding father, makanya kabinet, eksekutif banyak didominasi kaum tua…ckckckc

Suasana nasionalisme religious mungkin sangat dirasakan untuk orang-orang yang merasakan proklamasi hadir di masa mereka muda. Sebenarnya para pejuang dulu juga sudah mengajarkan kita bagaimana menghimpun kekuatan religius dalam semangat juang nasionalisme, karena memang sebenarnya islam itu tidak terpisahkan antara agama dan Negara, antara masjid dan pemerintahan, islam itu syumul, tiadak ada pemisahan perkara agama di masjid saja, dan masalah rakyat di urus Negara, seperti halnya sistem sekuler.

Bukan suatu kebetulan bangsa ini merdeka pada saat ramadhan, semua sudah diatur oleh izin Alloh Swt, maka pantaslah ruh perjuangan tersebut dirangkai dalam pembukaan UUD 1945 "Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.", karena bagi umat Islam, kemerdekaan Indonesia adalah berkah dan rahmat Allah SWT yang sangat besar, karena secara logika, perjuangan bamboo runcing melawan meriam, pasukan yang tak mengenal sekolah militer beradu dengan serdadu perang dengan perlengkapan dan taktik perang handal bukan modal utama bangsa Indonesia bisa merdeka. Karena memang rahmat Alloh lah jua yang bisa menjadikan bangs ini merdeka, meskipun pada akhirnya cita-cita para pahlawan kita yang tertuang dalam piagam Jakarta akhirnya kandas.

Terbayang bagaimana panjangnya perjuangan menegakkan kemerdekaan sejak pertama kali bangsa penjajah menginjakkan kakinya di tanah air tercinta ini. Terbayang pula para pahlawan Islam yang maju ke medan pertempuran tanpa takut, berharap mendapat satu dari dua keutamaan, gugur sebagai syuhada atau hidup sebagai manusia merdeka.

Para pahlawan itu, seperti Teuku Umar dan Cut Nyak Dien dari Aceh, Tuanku Imam Bonjol dari Tanah Minang, Sisingamangaraja dari Tapanuli, Sultan Agung Tirtayasa dari Banten, Pangeran Diponegoro dan Kyai Maja dari Yogyakarta, Sultan Hasanuddin dari Makasar, Pangeran Antasari dari Banjar, Kapitan Pattimura dari Maluku, dan ribuan tokoh lainnya, telah memberikan teladan kepahlawanan yang tidak lekang dimakan waktu. Mereka semua berjuang dengan semangat jihad yang tinggi, semangat nasionalisme mereka terhadap penjajah karena memang didasarkan karena Islam mengajarkan untuk melawan penjajah. Kecintaan pada tanah air didorong oleh titah Tuhan untuk senantiasa dijaga, dimakmurkan, dan disejahterakan dengan penuh ketundukkan, bukan dengan basis penjajahan.

Ramadhan memberikan inspirasi yang luar biasa pada perjuangan untuk memerdekakan diri dari penjajahan. Peristiwa-peristiwa besar yang menghiasi alur sejarah Rasul banyak terjadi di bulan Ramadan, seperti perang Badar, perang Tabuk, Futuh Mekah, dan penaklukan Andalusia.
Kenyataan ini menunjukkan bagaimana shaum, ibadah yang menuntut ketahanan fisik dan mental karena dilakukan dengan menahan makan dan minum, justru menyuntikkan motivasi berlipat untuk meraih pahala kebajikan.

Memang tahun 1945 dan 2010 berbeda, berbeda pelaku dan zaman. Tidak adil rasanya membanding-bandingkan dua keadaan yang berbeda itu. Tetapi, pemaknaan dan suasana kejiwaan yang sempat menjelma dahulu dalam dada bangsa Indonesia umumnya dan umat Islam Indonesia khususnya, layak diwariskan.

Untuk itu, di waktu yang suci ini, di bulan penuh maghfirah ini, bertepatan dengan semangat juang patriotisme proklamasi kemerdekaan Indonesia, tidak salah jika kita menundukkan kepala dan hati untuk memohon ampunan Allah SWT. Keikhlasan dalam bertaubat akan mengundang kebaikan dan rahmat-Nya. Tidak perlu malu kita mengakui dosa dan kesalahan, karena Tuhan Maha Pengasih dan Pemaaf. Jika kita serentak melakukannya, yakinlah bangsa Indonesia akan berjaya dan menjadi negeri impian, baldatun thayyibatun wa robbun ghafur.

Untuk merah putih..i luv uuu