Rabu, 24 Agustus 2011 0 komentar By: ArtiHapsari

Alhamdulillah aku pulang

Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar
Laa ilaaha illallahu Allahu akbar
Allaahu akbar Wa Lillaahil-hamd

tiket sudah, koper sudah, uang juga tlah siap sudah
jalan cepat, senyum lebar, walau macet ku tetap sabar
pikiran sudah melayang, sampai dulu mandi kampung
tak sabar lewati empang, masuk rumah jalan belakang

aku pulang
(Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar
Laa ilaaha illallahu Allahu akbar)
aku pulang alhamdulillah

walau lelah ku sampai juga di rumah
sempat berbuka puasa dengan sanak dan saudara
puasa bukan halangan, rindu ibu yang ku tak tahan
walaupun takbir bergema, alhadulillah lebaran tiba

aku pulang
(Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar
Laa ilaaha illallahu Allahu akbar)
aku pulang alhamdulilah

sekian lama ku tinggalkan kampung halaman
tak pernah sedikit pun ku ingin melupakan
jerih payah hasil selama ku di perantauan
ku simpan hanya tuk pulang pergi tuk lebaran

adik-adik kakak-kakak dan semua handai taulan
berkumpul-kumpul bersama menikmati hidangan
indahnya melihat suasana kebersamaan
andai setiap hari kita bisa lebaran

alhamdulillah kamu pulang syukurku tiada berkurang
bila nanti kau harus pergi doaku kan selalu mengiringi
ku pergi cari rezeki, ibu ku pasti kembali
ku kan selalu berjanji takkan melupakan negeri

alhamdulilah
(Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar
Laa ilaaha illallahu Allahu akbar)

Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar
Laa ilaaha illallahu Allahu akbar
Allaahu akbar Wa Lillaahil-hamd


file:///K:/lagu/lirik%20maher%20zein/NSG_Star-Alhamdulillah_Aku_Pulang_(_Feat_Titiek_Puspa_)-Lirik_Lagu.htm





Jumat, 05 Agustus 2011 0 komentar By: ArtiHapsari

Etos Kerja d Bulan Ramadhan

Lucu sekali jika melihat keadaan kantor pada hari pertama puasa ramadhan. Yang seyogyanya diisi dengan kegembiraan, semangat…tapi ternyata realitanya adalah sebaiknya. Beberapa teman sengaja mengambil cuti untuk penyesuaian puasa pertama katanya. Ada juga yang sengaja mandi di kantor siang hari katanya supaya seger. Hampir semua orang yang kuhampiri menguap sampai keluar air mata saking ngantuknya, ada yang lemas sepanjang hari, bahkan ada yang emosinya meluap lebih dari biasanya.

Pemandangan seperti amat biasa dilihat di lingkungan yang memang di bulan bulan selain Ramadhan amat jarang berpuasa. Memang itu hanyalah sekelumit kisah puasa hari pertama di kantor, tapi nantinya lama kelamaan pasti akan menyesuaikan, dan tidak lagi terasa berat seperti hari pertama.

Tapi seyogyanya kita perlu melihat kisah kisah kepahlawanan yang dilakukan di bulan Ramadhan, supaya ini memotifasi kita yang hidup di tengah jaman digital 4D. Tahun 2 hijriah merupakan tahun pertama diperintahkan puasa ramdhan setelah nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Dan pada tahun itu pula, turun perintah untuk melakukan perang badar. Bayangkan saja, dalam keadaan berpuasa, para sahabat melakukan perang fisik untuk pertama kalinya. Fathu Makkah juga terjadi di bulan Ramadhan dengan mengerahkan 10.000 pasukan kaum muslim. Ramadhan tak menjadikan para sahabat membuat banyak alasan tidak berangkat menaklukan kota makkah.

Kemerdekaan kita juga diraih pada bulan Ramadhan. Jadi, sebenarnya, tidak ada hubungannya antara berpuasa dengan mengurangi aktivitas. Justru banyak agenda besar umat Islam dilakukan di bulan ramadhan.

*Yuk..jangan menjadikan alasan puasa Ramadhan ini menjadikan kita pribadi yang malas terutama dalam bekerja.

Manusia yang terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi yang lainnya. Karenanya, Islam senantiasa memotivasi umatnya untuk terus bersemangat dalam bekerja dan berusaha. Setiap muslim harus berusaha untuk mandiri, tidak membebani orang lain, apalagi dengan meminta-minta setiap saat. Bekerja dalam Islam bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan, tetapi juga bagian dari pelaksanaan ibadah yang melahirkan kemuliaan. Dari Zubair bin Awwam, Rasulullah SAW bersabda : “ Jika salah seorang dari kalian pergi membawa kapaknya, lalu datang membawa seikat kayu bakar di punggungnya, lalu ia menjualnya hingga Allah menyelamatkannya dari kehinaan. Maka yang demikian itu jauh lebih baik dari ia meminta-minta pada orang lain. (HR Bukhori)

Inilah yang harus kita sadari bersama, menanamkan semangat kerja dan meyakinkan bahwa pekerjaan pada hakikatnya adalah sebuah ibadah, yang bukan hanya berbuah pahala tetapi juga menggugurkan dosa-dosa.

Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa yang sore hari duduk kelelahan lantaran pekerjaan yang telah dilakukannya, maka ia dapatkan sore hari tersebut dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT. (HR. Thabrani)

Setelah semangat dalam bekerja, tentu saja Islam juga mengingatkan kita agar menjaga sumber penghasilan kita hanya dari yang halal saja. Begitu banyak riwayat yang mengingatkan kita tentang bahayanya penghasilan yang haram.

Cukuplah kisah para istri salafus sholeh ini mengingatkan kita, dimana mereka senantiasa berpesan pada sang suami saat melepasnya bekerja : “ kami - anak istrimu- sanggup menahan lapar, tapi kami tak pernah sanggup menahan api neraka, karenanya carilah rezeki yang halal suamiku “.

Yuk..semangat bekerja dan menunjukkan etos kerja lebih baik lagi di bulan Ramadhan ini..

Kamis, 04 Agustus 2011 0 komentar By: ArtiHapsari

BERDOALAH, KARENA ALLOH MENDENGARMU

Berdoa itu merupakan kewajiban manusia..karena setiap manusia pasti punya hajat yang tak pernah putus, punya masalah yang silih berganti menghampiri. Dan banyak dari kita yang bergembira ketika doa atau hajat kita terkabul, dan banyak pula yang mencela Alloh jika doa dan hajat kita tak kunjung dikabulkan.

Banyak yang salah kaprah tentang makna bahagia dalam memaknai doa. Seyogyanya kita berdoa itu diawali dengan kebahagiaan, karena pada dasarnya doa itu merupakan rangkaian ikatan keimanan kita pada Alloh, entah nantinya disegerakan terkabul atau tidak itu tidak mempengaruhi makna bahagia itu sendiri.

Kelambatan masa pengabulan doa Allah kepada kita jangan sampai menyebabkan kita berputus asa dari rahmat Alloh
meskipun kita telah bersungguh-sungguh dalam berdoa, sebab Allah telah memberikan jaminan terkabulnya doa yang kita minta sesuai dengan pilihan-Nya, bukan menurut keinginan kita, dan mengabulkan doa pada saat yang Dia kehendaki, bukan pada saat yang kita kehendaki. Karena pada dasarnya Alloh akan memeberikan yang terbaik pada kita sesuatu yang tepat dan kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.

Ketika janji Alloh belum terwujud sampai batas waktu yang kita prediksikan, maka jangan pernah membuat kita ragu terhadap janji-Nya, karena hal ini bisa membuat kecacatan mata batin kita dalam menyikapi kehendak Alloh yang menghampiri kita, membuat kita sangat subjektif memandang kenikmatan dan ujian dari Alloh. Dan upayakanlah tetap berprasangka baik pada kasih sayang Alloh yang akan senantiasa menyertai perjalanan doa doa kita, yang mana pada saatnya nanti akan diijabah dalam bentuk bentuk yang tidak kita duga.

Menuntut, meraung-meraung bahkan mengecam Alloh atas tuntutan doa kita merupakan bentuk prasangka buruk kita pada Alloh. Menghadirkan selalu hati hati kita dalam doa merupakan upaya memperlancar perjalanan doa kita pada Nya sebagai bentuk kepasrahan kita pada Alloh sebagai Sang Maha Pemelihara. Karena jika kita tidak berbaik sangka pada Alloh karena doa doa kita yang tak kunjung terkabul, maka mata hati kita telah dibutakan pada subjektivitas penghlihatan yang fatamorgana, karena Nikmat Tuhan mana lagi yang kita dustakan. Dari seluruh hidup kita merupakan bagian dari Rahman Alloh yang menghampiri kita.

Ketika Allah menggerakkan lisan kita dengan suatu permohonan, ketahuilah bahwa Alloh sungguh berkehendak memberi karunia kepada kita. Ketika kita berdoa, maka doa kita berada dalam tiga kedudukan, yang pertama adalah doa yang dikabulkan di dunia, karena doa tersebut memang sesuai dengan kebutuhan. Yang kedua adalah doa yang ditunda pengabulannya di akhirat. Dan yang ketiga adalah doa yang tidak dikabulkan, karena doa itu berbahaya bagi yang meminta jika dikabulkan, dan Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik.

Bilamana Allah memberikan karunia kepada kita berupa pengabulan doa, tentu Dia sedang menunjukkan kebaikan-Nya kepada kita. Dan bila Dia tidak memberikan karunia kepada kita dengan penundaan pengabulan doa, tentu Dia sedang memperlihatkan kekuasannya kepada kita.

Perbaikilah cara doa kita, karena bisa jadi, sarana perjalanan doa tersebut dapat diperlancar dengan cara-cara yang penuh keikhlasan, bukan doa seorang majikan yang memerintahkan para pembantunya untuk mengabulkan permintaan tolongnya. Lalu siapa yang menjadi majikan dan pembantu (abdi) dalam hal ini? Maka perjalanan doa perlu kita perbaharui. Harus ada adab sopan santun dari seorang hamba kepada Sang Kholik. Janganlah kita menuntut kepada Allah karena tertundanya hajat atau doa yang kita ajukan. Tetapi tuntutlah diri kita sendiri lantaran kemerosotan akhlak dalam doa.

Semoga Allah memberi kemudahan pada diri kita atas hajat dan doa doa kita selama ini. Doa atas kemenangan diri dalam memperbaiki persepsi kita terhadap terijabahnya doa sebagai bagian dari perjalanan penaingkatan keimanan kita. Karena sungguh, terkabul, tertunda atau Tidak dikabulkannya doa itu bukan tujuan utama dari doa. Tapi doa itu sendiri lah mengajarkan kita makna ikhlas, pengabdian dan penghambaan kita pada Alloh,yang nantinya akan membuka sedikit demi sedikit tabir kita dengan Alloh sehingga Alloh ridho pada diri kita. Dan pada akhirnya, keridhoan Alloh itulah yang akan menghantarkan kita pada terkabulnya semua harapan dan asa kita sebagai hamba yang diridhoiNya dengan segala ketetapanNya.
Rabu, 03 Agustus 2011 0 komentar By: ArtiHapsari

Sebarkanlah kebaikan meski kita belum bisa menyempurnakan

Sebelum berangkat sekolah seorang ayah berpesan pada anaknya :

“Anakku, perbanyaklah amalmu, dengan memberikan nasehat yang baik kepada temanmu !”

“Iya ayah….” jawab si anak

Tapi si anak justru cemberut ketika pulang sekolah.

“Kenapa mukamu cemberut ?” Tanya sang ayah

“Aku sebel ! Ketika aku mengikuti perkataan ayah untuk memberikan nasehat yang baik kepada temanku, maka temanku berkata : “Ah, kau sok nasehati orang, pikiran aja deh dirimu sendiri……”"

Si ayah kemudian memberi nasehat pada si anak untuk tetap berbuat baik pada teman temannya.

Dari cerita di atas, kita sering melihat ada di sekitar kita, bahwa ketika kita memberi nasehat kepada orang lain dengan nasehat yang baik, biasanya langsung dibalas dengan pernyataan yang seakan akan menginginkan kita jangan sok menasehati karena kita pun bukan pribadi yang baik.

Sebenarnya, jika kita ingin menyampaikan sebuah nasehat kebaikan, maka sampaikanlah walaupun kita belum melakukannya. Ada kalanya seseorang telah diberikan pengetahuan tentang hakikat sebuah kebaikan oleh Allah, tetapi belum diberikan kesempatan untuk melakukannya. Jika hal tersebut terjadi, janganlah menghalangi penyebaran kebenaran tersebut.

Contoh kasus, ketika kita menasehati orang yang meraung raung ketika ibunya meninggal, padahal kita juga belum merasakan kehilangan ibu. Maka tanpa pengalamanpun kita seyogyanya tetap memberi nasehat dan petuah yang baik supaya tetap tabah dan tawakal.. Atau ketika memberi nasehat seorang anak nakal yang terjerumus pergaulan bebas, apakah kita menunggu untuk mengalaminya dahulu sebelum menasehatinya bagaimana cara keluar dari pergaualan bebas?

Kita hapal ayat “ Sebarkanlah kebaikan meski satu ayat”…Jadi untuk menjadi penyebar kebaikan tidak perlu menunggu kita sempurna dulu, karena manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Saya merasakan sendiri ketika diamanahi memegang kelompok kelompok kecil pengajian, pada awalnya berat karena saya masih banyak kekurangan. Tapi lama kelamaan justru membina adalah bagian dari kebutuhan karena dari sanalah semakin menambah kemampuan kita mengatasi banyak masalah, justru dari membina pengajian membuat diri kita sedikit terbentengi dan semoga menjadi jalan penyempurnaan hidup.

Beberapa dari kita juga ketika mengidolah seseorang atau ulama karena figuritasnya. Dan ketika tiba suatu saat si ulama tersebut tersandung masalah, kemudian kita langsung antipati. Padahal kita harus ingat bahwa ulama itu manusia (tanpa “juga”) yang mempunyai kekhilafan, bukan manusia yang sempurna. Maka, proporsionallah mengidolakan seseorang, karena tak ada suri tauladan yang patut kita idolakan selain Rosul Alloh. Tapi penyeru penyeru kebaikan itu haruslah tetap ada. Semua orang berkewajiban menjadi penyeru kebaikan bagi sesama, karena tugas nasehat menasehati adalah kewajiban semua manusia, seperti yang diterangkan dalam surat Al ashri..”dan nasehat menasehatilah dalam kebaikan dan kesabaran”

Maka tetaplah menjadi manusia yang senantiasa memberi nasehat baik kepada saudaranya, meskipun kita belum dapat menyempurnakan kebaikan, mudah-mudajhan nasehat itu bisa menjadi benteng kita menjaga kehormatan diri dan menambah keimanan kita pada Alloh.

Selasa, 02 Agustus 2011 0 komentar By: ArtiHapsari

Berkaryalah sebelum ajal menjemput….

“Mati sebelum berkarya bukanlah sebuah kematian yang indah”

Ayahku bukan sengaja menanam pohon pisang di kebun rumah..ya memang kebun di sebelah rumah adalah tanah tambahan / sisa dari membeli rumah di pinggiran sungai. Tapi yang unik adalah pohon pisang itu tak tahu kapan ditanamnya, tapi yang namanya pohon pisang itu selalu ada, sampai sekarang.

Di pohon pisang yang sudah mati kemudian ditebang biasanya kami menaruh potongan rambut di tengah pohon pisang itu dengan harapan rambut yang sudah dipotong akan tumbuh sebagaimana pohon pisang yang sudah mati akan selalu menumbuhkan pisang pisang kecil di sekelilingnya.

Sebenarnya kalo dipikir-pikir kenapa orang tua mengajari kita hal yang aneh seperti itu.. bingung juga menjawabnya, itu hanya pemikiran orang tua dulu yang amat mustahil. Tapi setelah beranjak dewasa, baru terpikirkan mengapa orang tua jaman dulu mengajari anak anaknya untuk menaruh potongan rambut ke tengah tengah pohon pisang yang baru ditebang.

Ternyata pohon pisang mengajarkan sebuah makna kehidupan. Pohon pisang mengajari kita makna berkarya dan memaksimalkan potensi untuk menurunkan kehidupan pada generasi setelah kita atau istilah lainnya adalah kaderisasi. Pohon pisang sebelum mati telah memikirkan bagaimana dia memberi manfaat sebelum dia mati.

Pohon pisang mati setelah berbuah. Dimana buah itu dinikmati oleh manusia dari mulai daunnya, buahnya, jantungnya sampai batanganya atau kalo di Tegal istilahnya kedebog. Dan sebelum mati, pohon pisang telah memastikan tunas tunas di sebelah mereka itu tumbuh. Itulah ilmu kehidupan yang diajarkan oleh pohon pisang. Menjadi makhluk yang manfaat, tidak egois, dan menghidupkan kehidupan.

Dan itu telah diilhamkan oleh Alloh untuk menjadi pelajaran bagi manusia untuk menjadi manusia yang manfaat di dalam hidupnya sebelum ajal menjelang…

Mati sebelum berkaya bukanlah sebuah kematian yang indah. Kematian akan terasa indah jika setelah mati orang masih mengenal kita lewat karya yang kita persembahkan kepada mereka. Dia kembali menata hidup dari titik nol. Memulai dengan menyerap air dan sari tanah untuk menumbuhkan batangnya. Hari demi hari dijalani penuh kesabaran menunggu batang membesar dan daun melebar. Ketika semuanya sudah siap, pohon pisang mulai mengeluarkan bunga yang kemudian menjadi buah. Semakin besar buah dia semakin mengerti bahwa umurnya semakin berkurang. Dan ketika buah sudah matang, pohon pisang dengan segala kerelaan menyambut kematian.

Mumpung masih muda, masih diberi kesehatan dan potensi luar biasa dari Alloh, mari kita gunakan apa yang ada dalam diri untuk sebaik baik kemanfaatan umat. Diri kita, waktu kita, harta kita, ilmu kita bisa kita berdayakan sehingga menjadi manfaat bagi orang orang di sekitar kita. Bisa jadi manfaat itu akan dirasakan ketika jasad ini tak lagi bernyawa, maka karya itulah yang akan menjadi saksi kemanfaatan diri kita sebagai makhluk yang memberi kehidupan, bukan makhluk yang menjadi parasite kehidupan orang lian.

Yuk..berkarya..bermanfaat….
Senin, 01 Agustus 2011 0 komentar By: ArtiHapsari

Sholeh saja belum cukup....

Seorang anak yang baru lahir pastilah membawa kebahagiaan bagi keluarganya. Adzan dan iqomah serta doa yang dilantunkan oleh seorang ayah kepada bayi tersebut menunjukkan bahwa seorang ayah mendoakan anaknya senantiasa berada pada posisi keimanan. Begitu pula doa yang diberikan oleh handai tolan kepada bayi tersebut adalah doa doa yang baik. Adalah doa yang pertama untuk bayi tersebut adalah semoga kelak menjadi anak yang sholeh. Hampir semua orang pasti akan mendoakan hal tersebut termasuk orang tuanya.


Namun kemudian dalam perkembangan bayi tersebut, bayi tersebut tumbuh tanpa sentuhan yang menunjukkan anak tersebut akan menjadi soleh. Seorang ibu lebih suka mendengarkan anak anak mereka dengan lagu lagu yang tidak sepatutnya daripada nyanyian quran dan doa doa, bapaknya sangat jarang sekali mengajak anaknya untuk hadir di majelis majelis ilmu dan mendengarkan alquran, dan sebagianya.


Lalu bagaimana mungkin seorang anak akan tumbuh menjadi seorang anak yang sholeh dengan agamanya. Ketika ditanya kepada orang tua tersebut, mereka mengatakan, yang penting si anak sholat itu sudah cukup. Jadi standar kesholehan sebagian besar orang tua terhadap anaknya yang sholeh adalah ketika anak anak mereka sholat. Sedangkan ketika anak anak gadis mereka beranjak dewasa dan ingin menutup aurat, orang tua melarang dengan alasan nantinya akan sulit mendapatkan jodoh dan pekerjaan. Orang tua lebih nyaman jika anak anak gadis mereka berkumpul dengan anak anak gaul sebayanya, daripada anak anak mereka berjilbab dan bergaul dengan orang orang berjilbab besar yang hobinya ngaji dan sibuk kegiatan. Orang tua khawatir anaknya terjerembab dalam aliran aliran yang sesat, sehingga ketika ada kegiatan mentoring sekolah atau di kampus anak gadisnya, orang tua cenderung melarang. Miris.


Begitu juga dengan anak lelakinya. Jika pada umur yang sudah beranjak remaja, orang tua khawatir jika anak lelakinya belum mempunyai pacar, seakan akan si anak kurang pergaulan. Padahal si anak amat tahu bahwa pacaran itu haram, tapi orang tua justru menginginkan si anak lelaki segera punya pacar, dan jangan banyak bergaul dengan anak masjid.


Jika standar keshalehan anak hanya cukup jika anak tersebut rajin sholat, maka pernyataan sholeh belumlah cukup. Teringat hadits “ Mukmin yang kuat lebih disukai daripada mukmin yang lemah”. Kuat di sini bukan saja dimaknai secara fisik saja, tapi kuat secara keseluruhan. Dan sebagai seorang mukmin kita harus mempersiapkan diri supaya kita bisa survive hidup dalam realita yang fana, banyak kemaksiatan yang terjadi di sekeliling kita. Maka tak ada yang salah jika kita pun berupaya menjadi manusia yang kuat, supaya kita bisa mengabdi pada agama dan bangsa ini. Berikut adalah 5 hal yang perlu kita kuatkan :


a. Kuat Ruhiyah

Ruhiyah adalah poin pertama yang menjadi suplemen kita melakukan aktivitas sehari – hari. Dialah kekuatan ketika kita sedang kecewa, terpuruk, bahagia maupun gembira. Dia adalah kontrol sehingga kita bisa melakukan aktivitas secara proporsional. Tidak cukup dengan menunaikan 5 waktu sholat saja, tapi orang-orang yang berharap mempunyai kekuatan ruhiyah adalah orang yang selalu memulakan waktu sholat, menyudahinya dengan dzikrullah, menamatkan tidurnya dengan tilawah dan qiyamullail, serta bergaul dengan orang-rang yang selalu menunjukkan kebaikan. Itu semua adalah langkah langkah supaya kita bisa kuat secara ruhiyah.


Mentalitas kita ketika melakukan aktivitas sehari hari selalu dipandang dalam sudut pandang ibadah. Ini mungkin yang susah untuk orang-orang yang berpendirian sekuler. Kita juga terkadang lupa bahwa bekerja adalah untuk ibadah, tapi ketika kita disibuukan dengan pekerjaan, tak jarang kita lupa beribadah.

Kebosanan dalam rutinitas sehari hari juga tak jarang kita lampiaskan pada hal hal yang sia-sia. Kita lupa bahwa istirahat kita adalah di surga, Maka jika kita tidak memiliki mental ruhiyah yang kuat, maka kita bisa terjebak dalam kefanaan dunia, seperti korupsi atau KKN yang lain.


Orang yang kuat secara ruhiyah, tidak akan berani terlambat walaupun hanya 1 menit. Dia tidak akan berani mengambil harta yang bukan miliknya bahkan hanya 1 sen. Dia tidak akan membawa pulang kertas milik kantor bahkan hanya selembar.


Maka kekuatan ruhiyah itu bukan saja dipandang sebatas rutinitas ritual agama. Itu terlalu sempit. Tapi bagaimana dia menjadikan ruh ibadah sebagai pencerminan diri, yang santun, yang bersih dan professional.

Kita sering mendengar teman-teman kita yang menyeletuk “Keliatannya si soleh, tapi ternyata korupsi” pastinya kita tidak mau hal tersebut menimpa diri kita kan? Maka dari itu kesolehan secara pribadi adalah yang tercermin dalam akhlak dan perilaku bukan saja dari jumlah rokaat yang ia tunaikan, dari besarnya zakat yang ia sumbangkan, dan lainnya.


Maka kekuatan ruhiyah itu mutlak diperlukan supaya kita bisa menjadi manusia yang kuat.


b. Kuat Jasadiyah

Kekuatan jasadiyah(fisik), tidaklah dipungkiri lagi mutlak dimiliki oleh seorang mukmin. Bagaimana ia bisa mengatur seluruh jadwalnya dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi dengan aktivitas yang begitu padat. Ia bangun sebelum fajar sebagai upaya untuk membuat jasadiyahnya kuat. Kemudian dia bekerja sampai petang dan kemudian tidak istirahat karena masih ada aktivitas lain yang harus dilakukan sampai malam hari. Bagaimana mungkin seorang yang berkeinginan menjadi manusia yang kuat adalah orang orang yang letoy?


Maka kekuatan jasadiyah mutlak diperlukan oleh kita.


c. Kuat Maaliyah

Sembilan dari sepuluh orang yang dijanjikan masuk syurga adalah konglomerat. Kita mengenal Abdurahman bin Auf, ketika menghibahkan hartanya untu perjuangan umat muslim dengan memberikan ratusan untanya. Satu unta saja harganya saat ini sidah puluhan juta rupiah, jadi berapa uang yang ia sumbangkan untuk islam. Mau tidak mau, umat isalam harus menyadari bahwa kesederahanaan itu bukan berarti kita itu tidak punya apa apa. Istilah sederhana itu hanya bisa dinisbatkan kepada orang orang kaya yang hidup sederhana. Jika orang tidak punya harta, maka sederhana itu memang kewajiban, karena memang sedikit yang dia punya.


Jika kita orang yang punya kelebihan harta, lalu kita melihat orang yang sedang susah, maka harta kita bisa menjadi solusi untuk mereka. Teringat pada suatu kisah keluarga miskin yang senantiasa dibantu oleh seorang katolik, lama kelamaan keluarga tersebut measuk ke katolik karena merasa bahwa saudara seislamnya tak ada yang menolongnya. Dan berapa banyak tangan tangan miskin di sekeliling kita yang masih membutuhkan uluran tangan kita.


Maka menjadi orang yang kuat maaliyahnya adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kekuatan seorang muslim. Karena ia bisa menjadi sarana untuk syiar, bahwa umat islam adalah umat yang sosialitynya tinggi, bukan orang orang yang banyak meminta-minta.


Tapi juga jangan terjebak menjadi seorang yang kaya yang tak punya makna, karena orang yang kaya harta maka ujian keiamanannya adalah hartanya. Kita kembali pada kisah Sembilan orang sahabat yang dijamin masuk syurga- mereka adalah orang yang menafkahkan harta & dirinya untuk islam. Maka harta yang kita miliki adalah kekuatan kita untuk kita persembahkan untuk kejayaan islam.


d. Kuat Qiyadiyah

Poin keempat yang perlu dikuatkan adalah poin kepemimpinan. Di negeri yang besar ini kekurangannya adalah mentalitas menjadi pemimpin, minimal memimpin diri sendiri. Para generasi muda saat ini lebih banyak disibukkan dengan hal hal yang sia sia, musik, gaul, nongkrong, alay dan lainnya. Mereka lupa bahwa suatu saat nanti kepemimpinan bangsa ini akan dipikul oleh mereka. Apa jadinya jika generasi muda kita tidak mempunyai karakter pemimpin? Maka kekuatan untuk menentukan kemengangan masing masing diri adalah kekuatan yang tak pelak harus dikuatkan, karena jika semua orang mukmin punya kekuatan ini, maka kita akan menjadi bangsa yang pantang menyerah, yang disiplin, yang punya prinsip hidup, yang punya moral.


e. Kuat Fikriyah

Banyak orang yang pintar di dunia ini, tapi kurang cerdas. Cerdas secara emosi, spiritual dan intelektual secara komperhensif. Bisa jadi dia pintar, tapi tidak cerdas secara spiritual, maka dia menjadi manusia yang gampang terjebak korupsi. Bisa jadi seseorang itu cerdas intelektual tapi dia seorang yang temperamental karena tidak cerdas emosi. Kecerdasan ini juga diperlukan oleh kaum muda saat ini supaya dapat membedakan mana yang haq dan mana yang bathil. Mana pembodohan mana doktrinasi. Generasi muda saat ini juga harus melek teknologi, melek politik. Tidak boleh apatis terhadap permasalahan bangsa. Baca dan baca. Baca Koran maupun baca qur`an. Sebagai generasi muda, harus punya pemikiran yang luas, matang dan komperhensif dalam memecahkan suatu pemasalah, harus terbiasa dengan kesibukan yang manfaat, harus belajar memimpin. Tidak mungkin kita dapat menjadi pemimpin jika tidak cerdas, dan tidak akan dapat menjadi cerdas jika kita tidak belajara. Belajar adalam proses hidup, dan proses hidup adalah pembelajaran. Maka jadilah manusia yang cerdas.


Mungkin itu sedikit yang bisa dipaparkan tentang pentingnya kuatnya seorang muslim, karena bangsa ini membutuhkan orang orang yang tangguh, yang tidak manja dan pantang menyerah. Menjadi sholeh dengan ukuran tidak bolong sholat saja belum cukup untuk menjadi generasi rabbani yang dinantikan oleh Islam. Ganbate buat generasi muda….