Rabu, 19 Desember 2012 0 komentar By: ArtiHapsari

Mendung di Ujung Senja

   


Wajahnya semakin sayu, kelopak matanya semakin turun, tak ada lagi pelangi di bola matanya. Tak bisa ditutupi, lelaki itu semakin kurus dan kehilangan banyak energi dalam hidupnya, bukan karena ia lemah, tapi karena ia berat menanggung sedih di ujung senjanya. Bola matanya tak lagi menari bercerita keindahan, wajahnya tak jarang terbasahi air mata yang bercampur dengan air wudhu. Ia tak tega manakala melihat keadaan istrinya yang semakin lemah terbaring dan sering mendapat bekas tusukan jarum . Lamunan tanpa tenaga setiap hari menghiasi kesendiriannya merawat istrinya yang telah menemaninya dalam suka dan duka selama lebih dari 32 tahun ini. Seperti tak siap menanggung sedih yang tak terbayangkan di ujung senjanya, ia semakin ringkih dalam asa. Kebahagiaannya sekarang adalah manakala Tuhan memberi keajaiban menghadiahkan kesembuhan bagi istrinya.

Lelaki itu adalah papaku

Setiap hari papaku merawat mama. Di awal mama sakit, papa masih sering mengeluh lelah bahkan mengatakan jenuh dan stress. Namun akhir akhir ini, rasa itu tak pernah kudapati lagi, justru rasa iba yang semakin dalam melihat kesehatan mama yang tak semakin baik. Mungkin itu juga yang menyebabkan papa ingin ikut merasakan kurus seperti mama, makanan yang masuk ke dalam tubuhnya sepertinya tak bisa menjadi daging. Rasa sama yang dirasakan mama. Bahkan tak jarang nafsu makan papa hilang manakala melihat mama yang semakin lemah. Makanan enak tak lagi menjadi kesukaannya karena papa tak mungkin bisa merasakan enaknya makanan padahal di sisinya ada mama yang tak bisa melahapnya. Papa selalu ada setiap saat bersama mama, karena anaknya jauh di perantauan. Tiap kali mama merengek minta sesuatu, papa selalu ada bersamanya, meskipun lelah semakin menggelayuti badan, namun papa sangat ikhlas menghampiri dan memenuhi keinginan mama. Memasak, mengambilkan makan, mengambilkan minum, obat, memandikan, menemani mama berobat, memijat mama, selalu papa lakukan setiap hari tanpa henti. Tak jarang pula papa begadang menemani mama yang juga tak bisa tidur. Luar biasa kesetiaan papa. Dan tentu saja pengorbanan di usia tuanya.

Di usia senjanya, papa dan mama ingin sekali merasakan berbahagia melihat anak anaknya berhasil meraih cita dan membahagiakan mereka. Namun takdir mengatakan lain, ternyata perjuangan papa mama belum berakhir setelah berhasil mengantarkan ketiga anaknya menuju gerbang kemapanan hidup. Dalam letih dunia yang tersirat di kedua wajah mereka, ternyata Alloh masih memberikan amanah dan ujian kepada orang tua kami. Kesetiaan cinta. Mungkin Alloh ingin memberikan hadiah lain setelah Alloh mengabulkan asa tercapainya cita cita mereka mengentaskan ketiga anaknya menjadi manusia yang sholah dan sholehah. Hadiah yang aku pun tak tau kapan akan tiba.

Tak terasa sudah 7 bulan kami menghadapi ujian ini. Bukan tanpa terasa sedih dan beratnya, tapi ternyata waktulah yang begitu cepat menghapus kejadian kemarin dan menghadiahkan kejadian kejadian lain di hari esoknya. Sampai hari ini tak secuilpun harap dan konsistensi kami berharap Alloh memberi jalan keluar kesembuhan pada ibu kami. Setiap hari selalu memonitor keluhan keluhan ibu kami dengan tak sedikit dipenuhi ketegangan manakala sesekali keadaan ibu memburuk. Tapi yang luar biasa, semangat sembuh ibu selalu membangkitkan semangat dan juang kami, dan tak setetespun air mata keluar dari bola matanya. Sholat dan dzikir selalu terlantun dalam lisannya, meskipun tak jarang ia lemah dan menyadari bahwa tubuhnya semakin kurus dan ringkih. Ibu tak pernah meninggalkan sholat meskipun dalam keadan anfal sekalipun. Meskipun harus mengqodo sholat 5 waktu. Semoga Alloh mencatat keimanan ibu kami dan mengangkat derajat beliau.

Kami menyadari bahwa support kami sangat membantu menyemangati orang tua dalam menghadapi ujian ini. Kehadiran fisik, telpon, dan doa sangat membantu meringankan beban keduanya. Kami pun sebenarnya bukan tanpa tangis menghadapi ujian ini, tapi kami sadar bahwa yang dibutuhkan untuk menghadapi ujian ini adalah dengan menghadapinya. Meskipin tak jarang air mata keluar, tapi air mata itu cukuplah disaksikan oleh sajadah sajadah kami, di hadapan mereka, meskipun getir selalu menyergap, tapi senyum dan semangat selalu kami perlihatkan meskipun pilu di dada.

Kami hanya berharap dan berdoa setiap saat, semoga amal amal yang kami lakukan dapat menjadi amal sholeh bagi mereka; sholat, dzikir dan doa kami dapat memuliakan mereka; sedekah dan kesholehan kami dapat membuka jalan keluar pertolongan Alloh. Ya Alloh muliakanlah mereka dalam ujian ini, berikanlah hikmah dalam setiap ujian yang menghampiri kami, jadikanlah kami hambaMu yang senantiasa bersyukur dalam setiap episode yang Kau hampirkan kepada kami, Berikanlah kami rezeki yang melimpah agar kami dapat memberi pengobatan yang terbaik bagi kesembuhan ibu kami dan berikanlah jalan keluar bagi kesembuhan ibu kami, panjangkanlah umurnya, sampaikanlah hajatnya untuk bertamu ke rumahMu, bahagiakanlah mereka selalu melebihi kasih sayang mereka kepada kami selama ini dan hapuskanlah mendung di ujung senjanya. Amin