Jumat, 27 Agustus 2010 By: ArtiHapsari

"Jadilah buku, meskipun tanpa judul"

Ada pepatah arab mengatakan :”Kun kitaaban mufiidan bila ‘unwaanan, wa laa takun ‘unwaanan bila kitaaban” yang artinya :” Jadilah buku yang bermanfaat walaupun tanpa judul. Namun, jangan menjadi judul tanpa buku”

Pepatah dalam bahasa Arab itu menyiratkan makna yang dalam, terutama untuk kita semua yang merasa sudah banyak beramal banyak dalam pekerjaan, organisasi, rumah tangga, dll. Banyak di antara kita bekerja untuk dihormati, atau bekerja jika dihargai. Jika pekerjaan kita tidak dihargai bahkan tidak dilirik oleh orang, kemudian kita menjadi pribadi yang pasif dan tidak mau lagi berbuat baik.

Atau terkadang juga kita menjadi manusia yang mengukur amal dengan materi, ukuran pekerjaan yang kita lakoni dengan ukuran uang, jika tidak ada kompensasi maka tidak mau bekerja. Itulah watak sebagian besar bangsa kita, bangsa yang kerdil dan materialistis. Apalagi jika menempati posisi sebagai pemimpin dalam perusahaan, atau memegang kekuasaan dan membawahi staff, maka alangkah malangnya perusahaan maupun pemerintahan jika dipimpin oleh orang-orang yang materialistis dan tidak punya loyalitas. Semua pekerjaan akan diukur dengan seberapa uang yang didapatkan dan harga diri pun kadang tergadaikan.

Semangat beramal dan berkarya adalah semangat untuk berperan dan member, bukan semangat untuk mengejar jabatan, posisi, dan gelar-gelar duniawi lainnya. Saat ini, jiwa ksatria itu makin menghilang. Sebaliknya, muncul jiwa-jiwa kerdil dan pengecut yang menginginkan otoritas, kekuasaan, dan jabatan, tetapi tidak mau bertanggung jawab, apalagi berkorban. Orang berlomba-lomba mengikuti persaingan untuk mendapatkan jabatan, bahkan dengan menghalalkan segala cara. Akibatnya, di negeri ini banyak orang memiliki “judul”, baik judul akademis, judul keagamaan, judul kemiliteran, maupun judul birokratis, yang tanpa makna. Ada judulnya, tetapi tanpa substansi, tanpa isi, dan tanpa ruh.

Ada kisah di jaman Khalifah, yaitu Umar bin Khattab memberhentikan Khalid bin Walid pada saat memimpin perang. Hal ini dilakukan untuk menghentikan pengultusan kepada sosok panglima yang selalu berhasil memenangkan pertempuran ini. Khalid menerimanya dengan ikhlas. Dengan singkat, ia berujar, “Aku berperang karena Allah dan bukan karena Umar atau jabatanku sebagai panglima.” Ia pun tetap berperang sebagai seorang prajurit biasa. Khalid dicopot “judul”-nya sebagai panglima perang. Namun, ia tetap membuat “buku” dan membantu menorehkan kemenangan.

Ibrah yang bisa dipetik dari kisah tersebut adalah janganlah menjadi judul tanpa buku; memiliki pangkat, tetapi tidak menuai manfaat. Maka, jiwa ksatria yang penuh pengorbanan harus dihadirkan kembali di tengah bangsa ini sehingga tidak timbul cinta kepada kepangkatan, jabatan-jabatan, bahkan, berlomba-lomba untuk meraih jabatan-jabatan.

Teruslah berkarya meski dalam ketidak terkenalan, bahkan tidak ada orang yang mengetahui amal-amal kita. Tetaplah beramal meski tanpa jabatan. Seorang pejuang takkan menjadi pejundang meskipun tidak dihargai karyanya. Dia tetap beramal, meski dalam kondisinya yang kekurangan, tapi dia tetap menghibahkan karyanya untuk umat dan kemanfaatan. Dia tak mengaharapkan pujian, dan penghargaan manusia. Dia hanya mau karyanya ditukar dengan syurga..

Maka jadilah buku yang bermanfaat meski tanpa judul…..