Senin, 24 September 2012 0 komentar By: ArtiHapsari

Hentakan Itu Meluluhlantakkan


Keyakinan akan janji Alloh selalu terpatri dalam jiwaku. Husnudzon Billah senantiasa kurangkai dalam kalimat syukur meski dada ini sesak dan mata ini terus mengeluarkan tangis. Betapa tidak, kehidupan yang kurangkai selama bertahun tahun ini bersama keindahan meski dengan intrik intrik kehidupan yang kujalani dengan enjoy..tiba tiba “bruk” luluh lantah mendengar berita dari ayah bahwa mama harus cuci darah. Apa yang kurasakan seperti orang lemas tak punya tenaga, linglung tak tau harus bagaimana. Itu terjadi pada pertengahan bulan Mei, dimana sehari sebelumnya saya, mama dan papa baru saja pulang dari Bali untuk merayakan anniversary papa mama yang ke 32.

Saya merasa baru saja memulai memberikan kebahagiaan kepada kedua orang tua, selama 26 tahun saya merasa belum memberikan apapun kepada mereka apalagi membahagiakannya. Selama satu tahun aku mencoba menabung untuk mewujudkan impian orang tua merayakan anniversary. Dan akupun tak menyangka bahwa saat itulah Alloh menguji kami apakah benar kami benar benar mencintai kedua orang tua kami.

Di hari kedua di Bali, mama sudah terlihat tidak fit. Aku menyaksikan sendiri mama menurun kesehatannya. Aku kira mama sakit biasa. Jika aku mengingat cerita di Bali, sungguh tak ada cerita indah yang bisa dirangkai meski ketika kami di sana kami berusaha untuk membuat cerita perjalanan kami menjadi indah.
Sungguh...vonis dari dokter sehari setelah kepulangan kami adalah vonis yang meluluhlantakkan. Ya...vonis itu seperti hentakan kecil dari Alloh yang telah membuat kami tak berdaya. Kami tiga bersaudara langsung berkumpul di Tegal untuk memberi support ke mama bahwa mama bisa melawan penyakit gagal ginjal, karena kami yakin Allohlah yang mampu membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin asalkan kita yakin. Dua hari di RSU di Tegal tak membuahkan hasil, mama semakin drop dengan sesak dan bengkaknya. Lalu kami mendengar berita bahwa ada kasus yang sama tapi bisa sembuh karena dibawa ke pengobatan holistik. Tak berpikir lama, setelah kami bertemu langsung dengan sang mantan pasien gagal ginjal, kami langsung menuju tempat tersebut. Selama 6 hari bukan membaik tapi mama bertambah sesak dan tidak karuan rasanya.

Eksekusi yang sungguh menyadarkan kami bahwa kami kerdil di hadapan Alloh. Ikhtiar kami ternyata berakhir di ruang ICU RSI di Tegal. Tepatnya di hari kamis sore 25 Mei 2012 mama masuk ICU. Setelah berembug dengan seluruh keluarga dan dengan melihat kondisi mama yang sudah lemah, maka tak ada kata lain, cuci darah adalah “emergency exit” untuk mama. Tanggal 26 pagi kami mengantar mama untu pertama kali cuci darah. Tak kuasa untuk menahan air mata menyaksikan mama dengan nafas yang masih tersengal sengal ditusuk jarum dan darahnya dialirkan ke mesin. Kehidupan yang kujalani seperti berhenti berputar. Lemah. Lemas. Tidak bisa digambarkan bagaimana perasaan kami saat itu.

Sakit itu belum berakhir saat itu, lima bulan kami coba merawat mama dengan keterbatasan tenaga yang kami punya. Kondisi mama yang turun naik membuat kami sekeluarga fokus dengan mama, meski dari jarak jauh. Papa yang selama ini fokus merawat mama. Kedua kakakku ada di Soroako dan di Semarang, sedangkan aku di bandung. Kedua kakaku sudah mempunyai keluarga dan mempunyai beban dalam hidupnya, sehingga intensitas bersua dengan papa mama sedikit, tapi tak mengurangi perhatian dan sayang mereka ke papa mama. Kasihan papaku yang semakin kurus dan sayu. Tapi kami yakin bahwa surga sudah jadi hak papa yang dengan ikhlas merawat mama dengan segala keterbatasnnya di usia senjanya.

Aku menyadari, bahwa aku masih single, jadi akulah yang mempunyai lebih banyak waktu untuk bisa pulang pergi Bandung Tegal. Ini semua adalah kehendak Alloh. Allohlah yang mengatur kehidupan kami. Dialah yang kuasa atas kami. Saat ini aku hanya ingin fokus pada apa yang aku hadapi di depan. Aku seperti orang yang berjalan di tengah gerbong kereta menuju arah depan. Aku hanya berkonsentrasi dan fokus dengan jalan yang goyang. Aku tidak mempedulikan sekitar yang memperhatikanku. Aku tidak menggubris pohon pohon yang berlari meninggalkanku. Aku hanya fokus ke depan. Fokus pada kehidupan yang Alloh hadirkan untuk kami jalani.

Aku hanya ingin berbakti pada kedua oran tuaku. Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untuk mereka dunia akherat. Kami yakin, bahwa ujian yang Alloh berikan kepada kami akan dapat kami lewati. Kami menyadari bahwa kami tak bisa melawan takdir. Tapi kami yakin Alloh akan iba kepada kami, kami yakin bahwa Alloh akan segera menyembuhkan  ibu kami

Ya Alloh....berikanlah tambahan kesabaran pada ibu kami dalam sakitnya. Berikanlah limpahan ketabahan untuk papa yang merawat ibunda kami, Kasihanilah keduanya. Jagalah mereka di saat penjagaan kami tak sampai kepada mereka. Tunjukkanlah jalan terang bagi kesembuhan ibu kami. Kuatkanlah ia, kuatkanlah imannya..

Ya Alloh, ampunilah dosaku, dosa kedua orangtuaku. Lindungilah mereka dalam KasihMu yang Maha Agung, yang Maha Kuasa....Amin