Keyakinan akan janji Alloh selalu
terpatri dalam jiwaku. Husnudzon Billah senantiasa kurangkai dalam kalimat
syukur meski dada ini sesak dan mata ini terus mengeluarkan tangis. Betapa
tidak, kehidupan yang kurangkai selama bertahun tahun ini bersama keindahan
meski dengan intrik intrik kehidupan yang kujalani dengan enjoy..tiba tiba
“bruk” luluh lantah mendengar berita dari ayah bahwa mama harus cuci darah. Apa
yang kurasakan seperti orang lemas tak punya tenaga, linglung tak tau harus
bagaimana. Itu terjadi pada pertengahan bulan Mei, dimana sehari sebelumnya
saya, mama dan papa baru saja pulang dari Bali untuk merayakan anniversary papa
mama yang ke 32.
Saya merasa baru saja memulai
memberikan kebahagiaan kepada kedua orang tua, selama 26 tahun saya merasa
belum memberikan apapun kepada mereka apalagi membahagiakannya. Selama satu
tahun aku mencoba menabung untuk mewujudkan impian orang tua merayakan
anniversary. Dan akupun tak menyangka bahwa saat itulah Alloh menguji kami apakah
benar kami benar benar mencintai kedua orang tua kami.
Di hari kedua di Bali, mama sudah
terlihat tidak fit. Aku menyaksikan sendiri mama menurun kesehatannya. Aku kira
mama sakit biasa. Jika aku mengingat cerita di Bali, sungguh tak ada cerita
indah yang bisa dirangkai meski ketika kami di sana kami berusaha untuk membuat
cerita perjalanan kami menjadi indah.
Sungguh...vonis dari dokter
sehari setelah kepulangan kami adalah vonis yang meluluhlantakkan. Ya...vonis
itu seperti hentakan kecil dari Alloh yang telah membuat kami tak berdaya. Kami
tiga bersaudara langsung berkumpul di Tegal untuk memberi support ke mama bahwa
mama bisa melawan penyakit gagal ginjal, karena kami yakin Allohlah yang mampu
membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin asalkan kita yakin. Dua hari di RSU
di Tegal tak membuahkan hasil, mama semakin drop dengan sesak dan bengkaknya.
Lalu kami mendengar berita bahwa ada kasus yang sama tapi bisa sembuh karena
dibawa ke pengobatan holistik. Tak berpikir lama, setelah kami bertemu langsung
dengan sang mantan pasien gagal ginjal, kami langsung menuju tempat tersebut.
Selama 6 hari bukan membaik tapi mama bertambah sesak dan tidak karuan rasanya.
Eksekusi yang sungguh menyadarkan
kami bahwa kami kerdil di hadapan Alloh. Ikhtiar kami ternyata berakhir di
ruang ICU RSI di Tegal. Tepatnya di hari kamis sore 25 Mei 2012 mama masuk ICU.
Setelah berembug dengan seluruh keluarga dan dengan melihat kondisi mama yang
sudah lemah, maka tak ada kata lain, cuci darah adalah “emergency exit” untuk
mama. Tanggal 26 pagi kami mengantar mama untu pertama kali cuci darah. Tak
kuasa untuk menahan air mata menyaksikan mama dengan nafas yang masih tersengal
sengal ditusuk jarum dan darahnya dialirkan ke mesin. Kehidupan yang kujalani
seperti berhenti berputar. Lemah. Lemas. Tidak bisa digambarkan bagaimana
perasaan kami saat itu.
Sakit itu belum berakhir saat
itu, lima bulan kami coba merawat mama dengan keterbatasan tenaga yang kami
punya. Kondisi mama yang turun naik membuat kami sekeluarga fokus dengan mama,
meski dari jarak jauh. Papa yang selama ini fokus merawat mama. Kedua kakakku
ada di Soroako dan di Semarang, sedangkan aku di bandung. Kedua kakaku sudah
mempunyai keluarga dan mempunyai beban dalam hidupnya, sehingga intensitas bersua
dengan papa mama sedikit, tapi tak mengurangi perhatian dan sayang mereka ke
papa mama. Kasihan papaku yang semakin kurus dan sayu. Tapi kami yakin bahwa
surga sudah jadi hak papa yang dengan ikhlas merawat mama dengan segala
keterbatasnnya di usia senjanya.
Aku menyadari, bahwa aku masih
single, jadi akulah yang mempunyai lebih banyak waktu untuk bisa pulang pergi
Bandung Tegal. Ini semua adalah kehendak Alloh. Allohlah yang mengatur
kehidupan kami. Dialah yang kuasa atas kami. Saat ini aku hanya ingin fokus
pada apa yang aku hadapi di depan. Aku seperti orang yang berjalan di tengah
gerbong kereta menuju arah depan. Aku hanya berkonsentrasi dan fokus dengan
jalan yang goyang. Aku tidak mempedulikan sekitar yang memperhatikanku. Aku
tidak menggubris pohon pohon yang berlari meninggalkanku. Aku hanya fokus ke
depan. Fokus pada kehidupan yang Alloh hadirkan untuk kami jalani.
Aku hanya ingin berbakti pada
kedua oran tuaku. Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untuk mereka dunia
akherat. Kami yakin, bahwa ujian yang Alloh berikan kepada kami akan dapat kami
lewati. Kami menyadari bahwa kami tak bisa melawan takdir. Tapi kami yakin
Alloh akan iba kepada kami, kami yakin bahwa Alloh akan segera
menyembuhkan ibu kami
Ya Alloh....berikanlah tambahan
kesabaran pada ibu kami dalam sakitnya. Berikanlah limpahan ketabahan untuk
papa yang merawat ibunda kami, Kasihanilah keduanya. Jagalah mereka di saat
penjagaan kami tak sampai kepada mereka. Tunjukkanlah jalan terang bagi
kesembuhan ibu kami. Kuatkanlah ia, kuatkanlah imannya..
Ya Alloh, ampunilah dosaku, dosa
kedua orangtuaku. Lindungilah mereka dalam KasihMu yang Maha Agung, yang Maha
Kuasa....Amin