Kamis, 05 Maret 2015 0 komentar By: ArtiHapsari

Syila Lulus ASI Ekslusif





Siapa yang tidak bahagia melihat anak yang dikandungnya...ternyata sudah beranjak besar. Sudah mau mulai makan. Syila tidak seperti teman teman di kampungnya yang sudah diberi makan usia 4 bulan. Sebagai ibu yang berjuang sampai lulus asi ekslusif 6 bulan, bukan perkara mudah berada di lingkungan yang demikian, belum lagi provokasi dari pengasuh yang bilang kalo syila nangis seperti minta makan.. Helloooo....

Memang sih, sebagai emak kerja kantoran kaya aku kan ga bisa liat siang hari syila gimana, tapi terus aq beri pengertian ke pengasuh syila, bahwa syila insyaAlloh akan makan pas usia 6 bulan, jadi kalo lapar kasih asi aja... Alhamdulillah ibu mertua mendukung kepusan ku untuk 6 bulan mulai start memberi makan.

Bisa dibilang syila ini jagoan minum asi. satu hari ditinggal dari jam 6 pagi sampai jam 5 sore menghabiskan rata rata 7 botol @ 80 ml, atau sekitar 550 ml setiap hari. Emaknya udah kaya sapi perah aja, sehari harus mendapat minimal 6 botol plus pagi hari merah dapat 1 botol.

Sebagai emak yang malas seperti aku, memilih metoda marmet untuk memerah merupakan pilihan tepat. Breastpump medela pun hanya dianggurkan aja, pernah sih mau mencoba pake pompa lagi, tapi malas banget kalo udahannya harus nyuci and mensterilkan. auuuuooooo...hehehe

Beberapa orang lebih suka pake pompa daripada marmet. Kalo kata aku sih, ya kalo memang lebih sukses make pompa kenapa harus marmet??? ahahahahah.. kalo buat aku yang malas, and suka ke lapangan pas jam kerja, marmet bisa menjadi pilihan tepat. Kan sakit??? ya iyalah...mau marmet ato dipompa, namanya asi dikeluarkan ya pasti sakit lah... cuman, kalo pake pompa sakit di bagian puting, kalo marmet di bagian PD nya karena diperah. Allakulihal, semua itu kalo udah terbiasa pasti cepat adaptasi kok. Ga ada sakit kalo udah terbiasa. Kunci sukses marmet cuman ada di LDR. Begitu kita bisa mancing LDR, maka asi pun akan langsung keluar lancar begitu diperah. Kelebihan marmet juga bisa mengosongkan PD sampai tetes terakhir...(itu juga kalo tangan ga pegel yaaa)..hehe

Di kantor aku memerah 3 kali sehari, masing masing cuman 10 menit. Ini salah satu kelebihan marmet. Cepet booooo... mancing LDR ga sampe 1 menit, kemudian memerah PD sampe kosong sekitar 160 ml dibagi dua. Memah jam 9, jam 12.30 dan jam 15.30. Ga lama, ga ribet, anad ga cuca cuci..

 "usahakan stok selalu berada pada posisi minimal seperti ini selama menyusui"
Buat emak emak yang lain, metoda apapun bisa dilakukan, yang penting asi bisa dikeluarkan..hehe.. Tidak perlu liat emak kanan kiri, cukup fokus aja ama kebutuhan anak kita. kalo sehari butuh 7 botol, ya mau ga mau kudu 7 botol perhari.

Pada sabtu dan minggu, jangan lupa juga untuk tetap memerah di pagi hari, selain untuk stok, juga untuk merangsang asi supaya tetap oke. Perjuangan belum selesai ya..setelah lulus asi ekslusif S1, harus lanjut untuk bisa lulus di S2 dan S3...Heheeeee... Selamat menjadi mama peraaaahhhh...:)

perlengkapan perang ASI syila

Menjadi ibu yang sukses memberikan ASI kepada anaknya adalah impian semua ibu. Apalagi ibu yang double pekerjaan ; sebagai ibu rumah tangga dan ibu bekerja. Dibutuhkan kemampuan manajerial yang multitasking... halaah
Aku juga berniat memberi edukasi kepada para ibu bekerja di sekitarku tentang tips dan trik sukses memberi ASI sampai 2 tahun...Doain ya semoga aku bisa mewujudkannya. hehehe
Salah satu cara nya adalah mempersiapkan sedemikian rupa perlengkapan yang diperluakan.
Perlengkapan itu antara lain :

1. Pompa ASI
    Nah untuk pompa asi ini, aku memakai medela breast pump..Merk ini merupakan merk sejuta umat para ibu bekerja, dan juga direkomendasikan pula oleh kakakku yang yang juga menggunakan merk ini. 
Sebenernya punya breastpump adalah pilihan yang keliru buat aku. Sebaiknya, kalo ingin mencoba, sebaiknya sewa aja selama sebulan. nah kalo suka dan cocok, barulah beli... Yahh..berhubung ada rejeki dan susah cari cari sewaan ya udah beli. Keliru. karena ni breastpump cuma kepake beberapa kali doang. malas untuk membersihkan dan mensterilkan, dan juga ga praktis..
Aku lebih suka menggunakan teknik marmet untuk memerah, cepat dan praktis. kapan saja, dimana saja dan ga perlu repot...
Itu pilihan seh, mana yang lebih oke ya lakuin aja, yang penting hasilnya maksimal

2. Botol ASI
     Botol ASI yang saya punya untuk menunjang stok ASi :
     a. Botol kaca Asi (BKA) 2 set @8 buah. Total 16. Botol ini untuk memerah di kantor
     b. Botol ASI selai ukuran 100 ml 4 lusin. Total 48. Botol ini untuk stok di freezer karena lehernya pendek
     c. Botol medela 150 ml 3 biji untuk gonta ganti ketika pumping dengan breastpump

3. Sikat Botol
    Pilih sikat untuk masing masing botol
    a. botol kaca dengan sikat nylon
    b. sikat botol plastik dengan sikat busa
    c. sikat nylon kecil untuk menyikat sela sela breastpump dan nipple

4. Pencapit botol
5. Sleek pembersih botol
6. baskom kecil 
7. Soft Cup feeder
    Aku beli SCF ini karena syila bingung puting... Oh..ternyata aku salah beli dot. Dot yang aku pakai adalah pigeon yang peristaltik. Lubang nipple peristaltik ini ada di bawah sehingga anak lebih menyukai menyusu dengan dot. Maklumlah, anak 2 bulan belum tau kudu gimana menyusu, masih belajar.
    Begitu bingung puting, aku belilah SCF ini, tapi ya percuma karena syila ga diajarin dari bayi..hehe...
8. Dot BPA Free merk pigeon dan nipple merk huki





KITA BERHUTANG KEPADA ANAK-ANAK KITA


Kita selalu berhutang banyak cinta kepada anak- anak. Tidak jarang, kita memarahi mereka saat kita
lelah. Kita membentak mereka padahal mereka belum benar-benar paham kesalahan yang mereka lakukan. Kita membuat mereka menangis karena kita ingin lebih dimengerti dan didengarkan. Tetapi seburuk apapun kita memperlakukan mereka, segalak apapun kita kepada mereka, semarah apapun kita pernah membentak mereka... Mereka akan tetap mendatangi kita dengan senyum kecilnya, menghibur kita dengan tawa kecilnya, menggenggam tangan kita dengan tangan kecilnya... Seolah semuanya baik-baik saja, seolah tak pernah terjadi apa-apa sebelumnya... Mereka selalu punya banyak cinta untuk kita, meski seringkali kita tak membalas cinta mereka dengan cukup.

Kita selalu berhutang banyak kebahagiaan untuk anak-anak kita. Kita bilang kita bekerja keras demi kebahagiaan mereka, tetapi kenyataannya merekalah yang justru membahagiakan kita dalam lelah di sisa waktu dan tenaga kita. Kita merasa  bahwa kita bisa menghibur kesedihan mereka atau menghapus air mata dari pipi-pipi kecil mereka, tetapi sebenarnya kitalah yang selalu mereka bahagiakan... Merekalah yang selalu berhasil membuang kesedihan kita, melapangkan kepenatan kita, menghapus air mata kita. Kita selalu berhutang banyak waktu tentang anak- anak kita. Dalam 24 jam, berapa lama waktu yang kita miliki untuk berbicara, mendengarkan, memeluk, mendekap, dan bermain dengan mereka? Dari waktu hidup kita bersama mereka, seberapa keras kita bekerja untuk menghadirkan kebahagiaan sesungguhnya di hari-hari mereka, melukis senyum sejati di wajah mungil mereka? Tentang anak-anak, sesungguhnya merekalah yang
selalu lebih dewasa dan bijaksana daripada kita. Merekalah yang selalu mengajari dan membimbing
kita menjadi manusia yang lebih baik setiap harinya. Seburuk apapun kita sebagai orangtua, mereka selalu siap kapan saja untuk menjadi anak- anak terbaik yang pernah kita punya.

Kita selalu berhutang kepada anak-anak kita... Anak-anak yang setiap hari menjadi korban dari betapa buruknya cara kita mengelola emosi. Anak- anak yang terbakar residu ketidakbecusan kita saat mencoba menjadi manusia dewasa. Anak-anak yang menanggung konsekuensi dari nasib buruk yang setiap hari kita buat sendiri. Anak-anak yang barangkali masa depannya terkorbankan gara-gara kita tak bisa merancang masa depan kita sendiri. ... Tetapi mereka tetap tersenyum, mereka tetap memberi kita banyak cinta, mereka selalu mencoba membuat kita bahagia.

Maka dekaplah anak-anak kita, tataplah mata mereka dengan kasih sayang dan penyesalan, katakan kepada mereka, "Maafkan untuk hutang- hutang yang belum terbayarkan... Maafkan jika semua hutang ini telah membuat Tuhan tak berkenan. Maafkan karena hanya pemaafan dan kebahagiaan kalianlah yang bisa membuat hidup ayah dan ibu lebih baik dari sebelumnya... Lebih baik dari sebelumnya."

KUTIPAN BUKU "BAHAGIA BERSAMA SATU ISTRI TERCINTA" halaman 98


“Apa pun yang dimiliki pasangamu adalah modal utama untuk membentuk keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah. Semua akan semakin indah  dan berkah tatkala satu sama lain bermurah hati untuk saling menghargai, memahami, menoleransi,  memuji, mengagumi, dan saling menginspirasi.”

Kutipan sebelumnya  "Suami Anda menikah dengan Anda karena ia mencari istri, bukan mencari ibu pengganti. Maka berhentilah menjadi ibu bagi suami Anda, karena dia benar-benar sudah memiliki itu, percayalah. Bahkan kedudukan ibunya tidak akan pernah tergantikan olehmu, karena berapa besar dan
suksesnya ia maka ia akan tetap haus kasih sayang ibunya." “Cinta wanita tidak bertepi untuk pria, bahkan ia
rela memberikan apapun yang ia miliki ketika sudah jatuh cinta kepadanya. Setinggi apa pun karir dan status sosial seorang wanita, niscaya ia akan tetap mengidamkan seorang pria yang dapat memberikan ia kasih sayang setulusnya.”
SINOPSIS BUKU BAHAGIA BERSAMA SATU ISTRI TERCINTA
“Keluarga kita adalah buah dari pemikiran kita. Keluarga itu tidak akan berubah tanpa adanya pola pikir (mindset) yang baik dan cerdas dari kita. Bukan pasangan kaya raya yang mampu bertahan, melainkan pasangan yang paling adaptif merespons gejala perubahan di dalam keluarganya dengan mindset dan knowledge (ilmu pengetahuan) yang baik." Setiap suami dan istri niscaya mengharapkan pernikahan mereka bahagia (sakinah, mawaddah, wa rahmah), karena keluarga bahagia merupakan kenikmatan hidup yang membawa keseimbangan, ketenangan, dan kedamaian bagi setiap orang. Demi terciptanya semua itu, dituntut adanya pengorbanan, toleransi, negosiasi, saling menginspirasi, dan saling memahami di antara
keduanya agar keindahan cinta mereka tetap bersemi dalam kesuciannya. Di sisi lain, tidak sedikit bahtera pernikahan yang oleng kian kemari, bahkan kandas di tengah perjalanannya, akibat minimnya pengetahuan, skil, dan kepekaan dalam menafsirkan berbagai keinginan pasangannya. Sebaliknya, begitu banyak pula keluarga yang menyenangkan dan  menyejukkan bagi jiwa-jiwa yang hidup di dalamnya, karena mereka mau “berbenah” bersama untuk menciptakan hubungan yang lebih berkualitas.

Kebahagiaan dalam mahligai rumah tangga adalah tanggung jawab bersama (suami isteri), setiap pasangan sebijaknya mampu menjadikan pasangannya “sempurna” dengan ketidaksempurna annya. Buku ini merupakan pelita bagi suami istri yang mau bijaksana dan penuh cinta kasih menyikapi masalah maupun gejolak hidup bersama pasangannya. Dengan itu, mereka tidak hanya mendapatkan mawaddah dan sakinah, tapi juga memiliki rahmah sehingga hubungan bahagia mereka tetap “abadi” selamanya

"Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?"


Ketika ijazah S1 sudah di tangan, teman-temanmu yang lain sudah berpenghasilan, sedangkan kamu, dari pagi hingga malam sibuk membentuk karakter bagi makhluk yang akan menjadi jalan surga bagi masa depan.
Mainkan saja peranmu, dan tak ada yang tak berguna dari pendidikan yang kau raih, dan bahwa rezeki Allah bukan hanya tentang penghasilan kan? Memiliki anak-anak penuh cinta pun adalah rezeki-Nya.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?


Ketika pasangan lain mengasuh bersama dalam cinta untuk buah hati, sedang kau terpisah jarak karena suatu sebab. Mainkan saja peranmu, suatu hari percayalah bahwa Allah akan membersamai kalian kembali.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?


Ketika nyatanya kondisi memaksamu untuk bekerja, meninggalkan buah hati yang tiap pagi
melepas pergimu dengan tangis. Mainkan saja
peranmu, sambil memikirkan cara agar waktu bersamanya tetap berkualitas.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?


Ketika katamu lelah ini seakan tiada habisnya, menjadi punggung padahal rusuk. Mainkan saja peranmu, bukankah semata-mata mencari ridha Allah? Lelah yang Lillah, berujung maghfirah.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?


Ketika belahan jiwa nyatanya bukan seperti
imajinasimu dulu, mainkan saja peranmu,
bukankah Allah yang lebih tahu mana yang terbaik untukmu? tetap berjalan bersama ridha-Nya dan ridhanya, untuk bahagia buah cinta.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?


Ketika timbul iri pada mereka yang dalam hitungan dekat setelah pernikahannya, langsung Allah beri anugerah kehamilan, sedangkan kau kini masih menanti titipan tersebut. Mainkan saja peranmu dengan sebaik-sebaiknya sambil tetap merayu
Allah dalam sepertiga malam, menengadah mesra bersamanya.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?


Ketika hari-hari masih sama dalam angka menanti, menanti suatu bahagia yang katamu bukan hanya untuk satu hari dan satu hati. Mainkan saja peranmu sambil perbaiki diri semata-mata murni karena ketaatan pada-Nya hingga laksana Adam yang menanti Hawa di sisi.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?


Ketika ribuan pasangan pengantin mengharapkan amanah Ilahi, membesarkan anak kebanggaan hati, dan kau kini, membesarkan, mengasuh dan mendidik anak yang meski bukan dari rahimmu. Mainkan saja peranmu, sebagai ibu untuk anak dari rahim saudarimu.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?


Ya, taat. Bagai Nabiyullah Ibrahim, melaksanakan peran dari Allah untuk membawa istri dan anaknya ke padang yang kering. Kemudian, rencana Allah luar biasa, menjadikannya kisah penuh hikmah, catatan takdir manusia.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?


Ya, taat. Bagai Nabiyullah Ayub yang nestapa
adalah bagian dari hidupnya, dan kau dapati ia tetap mempesona, menjadikannya kisah sabar yang tanpa batas berujung surga.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?


Ya, taat. Bagai nabiyullah lainnya. Berkacalah pada mereka, dan jejaki kisah ketaatannya, maka taat adalah cinta.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?


Taat yang dalam suka maupun tidak suka.Taat yang bukan tanpa keluh, namun mengupayakan agar keluh menguap bersama doa-doa yang mengangkasa menjadikan kekuatan untuk tetap taat.
Mainkan saja peranmu, dalam taat kepada-Nya, dan karena-Nya.

-copas-