Rabu, 08 Desember 2010 0 komentar By: ArtiHapsari

merancang Stasiun-Stasiun Kenangan

Hari ini hari Rabu. Tak terasa waktu berlalu amat cepat. Tapi kita juga tau bahwa Rabu kali ini berbeda dengan rabu yang lalu. Masing-masing mempeunyai siklus yang sama, hanya saja momentum dan sejarahnya yang berbeda. Dan alangkah meruginya jika rabu sekarang lebih buruk dari rabu yang lalu. Begitu pula pada hari-hari yang lain yang berjumlah tujuh dan selalu berulang dan berulang setiap harinya. Kita bukan sedang belajar menghitung hari, tapi belajar tentang merencanakan stasiun kenangan, tentang momentum yang kita bangun dimana hal tersebut dapat menjadi saksi di masa depan dan di hadapan Alloh tentang karya kita sebagai amanat titipan umur dari Nya. Stasiun kenangan kita perlukan sebagai tonggak dan pilar-pilar prasasti yang kita ciptakan sebagai momentum-momentum besar dalam hidup, sehingga kita bisa mengeja dengan mudah peran unggulan, karya dan identitas kepribadian kita di hadapan Alloh. Setiap hari ada momentum. Itulah sebabnya Rosul sangat menekankan kita untuk berpuasa di hari senin dan kamis, karena di hari itulah semua amalan kita akan naik ke langit, dan rosul berharap supaya momentum tersebut hadir ketika sedang dalam keadaan berpuasa. Momentum bukan hanya diciptakan pada dimensi waktu saja, tapi dimensi ruang. Contohnya adalah berjamaah di masjidil haram berbeda dengan sholat berjamaah di masjid-masjid lainnya. Oleh karena itu, kita pun perlu cerdas untuk merangkai momentum pada suasana dimensi yang lebih luas dan produktif. Jika kita saat ini dalah seorang mahasiswa, maka model mahasiswa seperti apa yang ingin kita rangkai sebagai stasiun kenangan? Apakah mahasiswa biasa yang berkutat pada kos dan kampus? Atau kita ingin menjadi mahasiwa teladan, yang tentunya harus dicapai dengan rangkaian momentum prestatif. Jika saat ini kita adalah seorang karyawan, maka model stasiun kenangan apa yang ingin kita rangkai? Apakah cukup menjadi karyawan seperti Umar Bakri? Atau ingin menjadi karyawan yang dapat menjadi inspirasi kebaikan bagi karyawan lain dan perusahaan? Sebagai anggota keluarga, sebagai bagian dari masyarakat, maka kita perlu merancang model stasiun kenangan seperti apa yang ingin kita persembahkan? Tentunya rancangan yang dapat menjadi virus kebaikan bagi orang lain. Stasiun kenangan merupakan cetak biru tentang apa yang menjadi karya-karya kita baik kecil maupun besar dan bukan kumpulan foto dalam album kenangan atau kumpulan coretan dalam buku agenda. Stasiun kenangan memberi kita pengertian bahwa kita tidak selamanya berada puncak prestasi. Ada kalanya kita berada pada titik kejenuan, kelesuan karena beban dan tanggung jawab kita yang semakin berat. Karena hidup ada kalanya hadir penuh dramatisasi, ada keterpurukan, ada tangis, ada tawa, ada sedih, pilu dan lara yang datang silih berganti bahkan tak jarang hadir beriringan. Tapi itu semua justru menjadi hentakan kita untuk bangkit dan merupakan kenangan yang terprasasti manakala kita bisa menjadikan semuanya sebagai sarana untuk mempebaiki diri, karena ketika kita melewatinya, maka stasiun kenangan yang dibangun adalah prasasti kesabaran, keteguhan, lapang dada dan penyandaran diri kepada Sang Pemberi Ujian. Tapi perlu kita perhatikan juga, jangan terjebak pada godaan untuk memprasastiksan kenangan pada aspek materi, harta dan dunia. Kita harus mengupayakan untuk menyelaraskan ambisi merancang prasasti yang prestatif dengan ambisi meraih cinta Alloh, sehingga prasasti tersebut dapat menjadikan diri kita menjadi manusia yang faqih. Pada akhirnya, kita akan menemukan isi dan substansi dari momen bersejarah itu, bukan sekedar keinginan untuk memprasastikannya. Kita akan mendokumentasikannya dalam album kenangan pribadi dan biarlah Alloh, Rasul dan orang-oarang mukmin saja yang menilai kerja kita dan biarlah orang-orang sesudah kita melakukan napak tilas karya kita.. Itulah kita..orang-orang yang senantiasa merancang stasiun kenangan kebaikan dan menorehkan jejak-jejak yang menuntun …. NB : Mari membuat resolusi di tahun baru ini...
x