Selasa, 20 Juli 2010 By: ArtiHapsari

Bahagia Itu Pilihan

Jam dua dini hari saat sampai di pool bus di daerah Cibeureum-Bandung, sengaja aku menunggu pagi untuk menuju kost. Sambil makan bubur ayam (untuk saur), mengobrol dengan para penjual menjadi aktivitas yang pasti kulakukan jika aku pulang dari perjalanan Tegal-Bandung. Tapi ada yang tidak biasa, malam itu aku melihat seseorang yang sangat ramah, dia terlihat bercengkerama dengan penjual bubur ayam tersebut tentang kejadian-kejadian lucu ketika memijat para tentara tadi, tapi dia menghadap ke jalan, menyamping dari arah penjual bubur, dan dia membawa tongkat. Otomatis hal tersebut membuatku kaget-ngilu hatiku melihatnya, ternyata lelaki tersebut buta. Kuperhatikan dengan seksama, tapi dia tidak terlihat kaku atau sedih dengan keadaannya, dia terlihat sumringah di pagi buta yang dingin. Setelah makan, dia pamit pulang kepada orang-orang yang ada di sekitarnya, yang pastinya tak bisa dia hitung berapa jumlahnya. Tawanya yang menyenangkan menyampaikan pesan bahwa tak ada yang perlu dikhawatirkan dalam dirinya. “Aku bisa pulang sendiri”, mungkin begitu kira-kira ekspresinya.


Kulihat ia berjalan, menyebrang jalan perlahan, kadang berhenti, tersandung sedikit, garuk-garuk kepala sebentar. Mengkhawatirkan. Lalu aku bertanya pada penjual bubur, apakah tidak apa-apa dia berjalan sendirian. Penjual tersebut tersenyum memberitahuku tak perlu khawatir padanya. Dia seorang yang mandiri dan berani, dan dia berjalan dengan mata hati. Seketika itu aku berhenti makan dan semakin memperhatikan bagaimana laki-laki tersebut berjalan. Kulihat masih ada senyum ketika dia menoleh ke samping sekedar untuk menghadapkan telinganya ke depan untuk mengintai keadaan. Ada mata hati yang membimbingnya.

Ya..MATA HATI…ia lah yang mampu meneropong jauh hidupnya. Ia dapat menterjemahkan keadaan untuk selalu berada pada posisi kesyukuran, meskipun dia menyadari ada kekurangan yang tak bisa dihindari. Kekurangan yang dimiliki membuatnya harus mengasah mata hatinya untuk selalu pada kondisi syukur yang produktif. Inspiring people…

Dia mengajariku untuk selalu memilih kosa kata “BAHAGIA” meskipun dalam kekurangan. Dia mengajariku tentang makna bahagia dalam keadaan apapun yang Alloh hadirkan pada hidup kita, bukan saja di saat sedang lapang. Ketika kita mendapati diri dalam keadaan sempit, ada musibah, maka kita harus cepat-cepat mengasah MATA HATI kita untuk senantiasa memilih kata bahagia dalam keadaan syukur. Dan kita perlu menyiapkan 1000 alasan untuk memilih bahagia sebagai pilihan kita.

Bahagia merupakan kosa kata yang mudah untuk dilakukan untuk keadaan yang menguntungkan dan serba ada. Padahal bahagia itu amatlah mudah jika kita bisa menyederhanakan keinginan dan angan kita pada sesuatu yang humanis. Dia merupakan bentuk pemerdekaan diri terhadap tuntutan-tuntutan diri pada Alloh tentang keinginan dan nafsunya, sehingga menghadirkan pilihan Alloh adalah tepat - menjadi alasan untuk bahagia. Belum tentu apa yang kita inginkan, baik menurut Alloh, dan belum tentu apa yang menurut kita buruk, maka buruk pula di hadapan Alloh.

Sulit memang untuk membayangkan hal tersebut, tapi itu lebih membuat hati kita lebih ikhlas, ridho dan lapang untuk menjalani hidup. Berusaha menyematkan rasa syukur yang termanifestasikan dalam suasana bahagia. Dia tidak iri melihat kelapangan orang lain, dan juga tidak membandingkan kesempitan diri dengan kesempitan orang lain. Melihat orang-orang yang jauh tidak beruntung di bandingkan kita menjadi alasan kita tetap bahagia. Tiap perkara sudah ada hitungannya. Pahala ujian tak akan tertukar, semuanya dihitung dengan perhitungan yang amat teliti. Dan orang yang memilih bahagia, akan lebih berfokus pada amal-amal yang bisa membuat dia lebih bersyukur atas keadaan sempit yang dia rasakan.

Tak ada pilihan lain selain kita memilih bahagia, karena persepsi manusia tentang sempit terkadang terlalu didramatisir. Bahagia adalah hak kita sebagai bentuk rasa syukur. Jika kita tak memilihnya , maka akan membuat diri kita jauh dari syukur dan menjadikan diri menjadi pribadi yang kufur.

Tetaplah berfikir positif dan ikhlas dalam menyikapi kisah yang menghampiri kita karena menunda keikhlasan sama saja dengan melanjutkan kegelisahan. Selalu ada keteguhan dalam kesabaran, ada hikmah dalam kesyukuran untuk hambaNya yang senantiasa berikhtiar, berdoa dan bertawakal. Dia tak akan pernah menyiakan hambaNya yang selalu ingat padaNya.

Jadilah orang yang tangguh. Karena orang-orang yang tangguh adalah mereka yang menjadi besar karena terpaan ujian yang tiada henti, tetap berjuang dengan berbagai keterbatasan, kuat dalam kesendirian, tegar di tengah kekecewaan, dan tetap beramal optimal dalam ketidakterkenalan. Alloh menguji keikhlasan hambaNya dalam kesendirian, Alloh memberi kedewasaan ketika ujian berdatangan dan Alloh melatih ketegaran dalam kesulitan..

Maka, pilihlah bahagia…..

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar anda, inspirasiku...