Senin, 01 Agustus 2011 By: ArtiHapsari

Sholeh saja belum cukup....

Seorang anak yang baru lahir pastilah membawa kebahagiaan bagi keluarganya. Adzan dan iqomah serta doa yang dilantunkan oleh seorang ayah kepada bayi tersebut menunjukkan bahwa seorang ayah mendoakan anaknya senantiasa berada pada posisi keimanan. Begitu pula doa yang diberikan oleh handai tolan kepada bayi tersebut adalah doa doa yang baik. Adalah doa yang pertama untuk bayi tersebut adalah semoga kelak menjadi anak yang sholeh. Hampir semua orang pasti akan mendoakan hal tersebut termasuk orang tuanya.


Namun kemudian dalam perkembangan bayi tersebut, bayi tersebut tumbuh tanpa sentuhan yang menunjukkan anak tersebut akan menjadi soleh. Seorang ibu lebih suka mendengarkan anak anak mereka dengan lagu lagu yang tidak sepatutnya daripada nyanyian quran dan doa doa, bapaknya sangat jarang sekali mengajak anaknya untuk hadir di majelis majelis ilmu dan mendengarkan alquran, dan sebagianya.


Lalu bagaimana mungkin seorang anak akan tumbuh menjadi seorang anak yang sholeh dengan agamanya. Ketika ditanya kepada orang tua tersebut, mereka mengatakan, yang penting si anak sholat itu sudah cukup. Jadi standar kesholehan sebagian besar orang tua terhadap anaknya yang sholeh adalah ketika anak anak mereka sholat. Sedangkan ketika anak anak gadis mereka beranjak dewasa dan ingin menutup aurat, orang tua melarang dengan alasan nantinya akan sulit mendapatkan jodoh dan pekerjaan. Orang tua lebih nyaman jika anak anak gadis mereka berkumpul dengan anak anak gaul sebayanya, daripada anak anak mereka berjilbab dan bergaul dengan orang orang berjilbab besar yang hobinya ngaji dan sibuk kegiatan. Orang tua khawatir anaknya terjerembab dalam aliran aliran yang sesat, sehingga ketika ada kegiatan mentoring sekolah atau di kampus anak gadisnya, orang tua cenderung melarang. Miris.


Begitu juga dengan anak lelakinya. Jika pada umur yang sudah beranjak remaja, orang tua khawatir jika anak lelakinya belum mempunyai pacar, seakan akan si anak kurang pergaulan. Padahal si anak amat tahu bahwa pacaran itu haram, tapi orang tua justru menginginkan si anak lelaki segera punya pacar, dan jangan banyak bergaul dengan anak masjid.


Jika standar keshalehan anak hanya cukup jika anak tersebut rajin sholat, maka pernyataan sholeh belumlah cukup. Teringat hadits “ Mukmin yang kuat lebih disukai daripada mukmin yang lemah”. Kuat di sini bukan saja dimaknai secara fisik saja, tapi kuat secara keseluruhan. Dan sebagai seorang mukmin kita harus mempersiapkan diri supaya kita bisa survive hidup dalam realita yang fana, banyak kemaksiatan yang terjadi di sekeliling kita. Maka tak ada yang salah jika kita pun berupaya menjadi manusia yang kuat, supaya kita bisa mengabdi pada agama dan bangsa ini. Berikut adalah 5 hal yang perlu kita kuatkan :


a. Kuat Ruhiyah

Ruhiyah adalah poin pertama yang menjadi suplemen kita melakukan aktivitas sehari – hari. Dialah kekuatan ketika kita sedang kecewa, terpuruk, bahagia maupun gembira. Dia adalah kontrol sehingga kita bisa melakukan aktivitas secara proporsional. Tidak cukup dengan menunaikan 5 waktu sholat saja, tapi orang-orang yang berharap mempunyai kekuatan ruhiyah adalah orang yang selalu memulakan waktu sholat, menyudahinya dengan dzikrullah, menamatkan tidurnya dengan tilawah dan qiyamullail, serta bergaul dengan orang-rang yang selalu menunjukkan kebaikan. Itu semua adalah langkah langkah supaya kita bisa kuat secara ruhiyah.


Mentalitas kita ketika melakukan aktivitas sehari hari selalu dipandang dalam sudut pandang ibadah. Ini mungkin yang susah untuk orang-orang yang berpendirian sekuler. Kita juga terkadang lupa bahwa bekerja adalah untuk ibadah, tapi ketika kita disibuukan dengan pekerjaan, tak jarang kita lupa beribadah.

Kebosanan dalam rutinitas sehari hari juga tak jarang kita lampiaskan pada hal hal yang sia-sia. Kita lupa bahwa istirahat kita adalah di surga, Maka jika kita tidak memiliki mental ruhiyah yang kuat, maka kita bisa terjebak dalam kefanaan dunia, seperti korupsi atau KKN yang lain.


Orang yang kuat secara ruhiyah, tidak akan berani terlambat walaupun hanya 1 menit. Dia tidak akan berani mengambil harta yang bukan miliknya bahkan hanya 1 sen. Dia tidak akan membawa pulang kertas milik kantor bahkan hanya selembar.


Maka kekuatan ruhiyah itu bukan saja dipandang sebatas rutinitas ritual agama. Itu terlalu sempit. Tapi bagaimana dia menjadikan ruh ibadah sebagai pencerminan diri, yang santun, yang bersih dan professional.

Kita sering mendengar teman-teman kita yang menyeletuk “Keliatannya si soleh, tapi ternyata korupsi” pastinya kita tidak mau hal tersebut menimpa diri kita kan? Maka dari itu kesolehan secara pribadi adalah yang tercermin dalam akhlak dan perilaku bukan saja dari jumlah rokaat yang ia tunaikan, dari besarnya zakat yang ia sumbangkan, dan lainnya.


Maka kekuatan ruhiyah itu mutlak diperlukan supaya kita bisa menjadi manusia yang kuat.


b. Kuat Jasadiyah

Kekuatan jasadiyah(fisik), tidaklah dipungkiri lagi mutlak dimiliki oleh seorang mukmin. Bagaimana ia bisa mengatur seluruh jadwalnya dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi dengan aktivitas yang begitu padat. Ia bangun sebelum fajar sebagai upaya untuk membuat jasadiyahnya kuat. Kemudian dia bekerja sampai petang dan kemudian tidak istirahat karena masih ada aktivitas lain yang harus dilakukan sampai malam hari. Bagaimana mungkin seorang yang berkeinginan menjadi manusia yang kuat adalah orang orang yang letoy?


Maka kekuatan jasadiyah mutlak diperlukan oleh kita.


c. Kuat Maaliyah

Sembilan dari sepuluh orang yang dijanjikan masuk syurga adalah konglomerat. Kita mengenal Abdurahman bin Auf, ketika menghibahkan hartanya untu perjuangan umat muslim dengan memberikan ratusan untanya. Satu unta saja harganya saat ini sidah puluhan juta rupiah, jadi berapa uang yang ia sumbangkan untuk islam. Mau tidak mau, umat isalam harus menyadari bahwa kesederahanaan itu bukan berarti kita itu tidak punya apa apa. Istilah sederhana itu hanya bisa dinisbatkan kepada orang orang kaya yang hidup sederhana. Jika orang tidak punya harta, maka sederhana itu memang kewajiban, karena memang sedikit yang dia punya.


Jika kita orang yang punya kelebihan harta, lalu kita melihat orang yang sedang susah, maka harta kita bisa menjadi solusi untuk mereka. Teringat pada suatu kisah keluarga miskin yang senantiasa dibantu oleh seorang katolik, lama kelamaan keluarga tersebut measuk ke katolik karena merasa bahwa saudara seislamnya tak ada yang menolongnya. Dan berapa banyak tangan tangan miskin di sekeliling kita yang masih membutuhkan uluran tangan kita.


Maka menjadi orang yang kuat maaliyahnya adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kekuatan seorang muslim. Karena ia bisa menjadi sarana untuk syiar, bahwa umat islam adalah umat yang sosialitynya tinggi, bukan orang orang yang banyak meminta-minta.


Tapi juga jangan terjebak menjadi seorang yang kaya yang tak punya makna, karena orang yang kaya harta maka ujian keiamanannya adalah hartanya. Kita kembali pada kisah Sembilan orang sahabat yang dijamin masuk syurga- mereka adalah orang yang menafkahkan harta & dirinya untuk islam. Maka harta yang kita miliki adalah kekuatan kita untuk kita persembahkan untuk kejayaan islam.


d. Kuat Qiyadiyah

Poin keempat yang perlu dikuatkan adalah poin kepemimpinan. Di negeri yang besar ini kekurangannya adalah mentalitas menjadi pemimpin, minimal memimpin diri sendiri. Para generasi muda saat ini lebih banyak disibukkan dengan hal hal yang sia sia, musik, gaul, nongkrong, alay dan lainnya. Mereka lupa bahwa suatu saat nanti kepemimpinan bangsa ini akan dipikul oleh mereka. Apa jadinya jika generasi muda kita tidak mempunyai karakter pemimpin? Maka kekuatan untuk menentukan kemengangan masing masing diri adalah kekuatan yang tak pelak harus dikuatkan, karena jika semua orang mukmin punya kekuatan ini, maka kita akan menjadi bangsa yang pantang menyerah, yang disiplin, yang punya prinsip hidup, yang punya moral.


e. Kuat Fikriyah

Banyak orang yang pintar di dunia ini, tapi kurang cerdas. Cerdas secara emosi, spiritual dan intelektual secara komperhensif. Bisa jadi dia pintar, tapi tidak cerdas secara spiritual, maka dia menjadi manusia yang gampang terjebak korupsi. Bisa jadi seseorang itu cerdas intelektual tapi dia seorang yang temperamental karena tidak cerdas emosi. Kecerdasan ini juga diperlukan oleh kaum muda saat ini supaya dapat membedakan mana yang haq dan mana yang bathil. Mana pembodohan mana doktrinasi. Generasi muda saat ini juga harus melek teknologi, melek politik. Tidak boleh apatis terhadap permasalahan bangsa. Baca dan baca. Baca Koran maupun baca qur`an. Sebagai generasi muda, harus punya pemikiran yang luas, matang dan komperhensif dalam memecahkan suatu pemasalah, harus terbiasa dengan kesibukan yang manfaat, harus belajar memimpin. Tidak mungkin kita dapat menjadi pemimpin jika tidak cerdas, dan tidak akan dapat menjadi cerdas jika kita tidak belajara. Belajar adalam proses hidup, dan proses hidup adalah pembelajaran. Maka jadilah manusia yang cerdas.


Mungkin itu sedikit yang bisa dipaparkan tentang pentingnya kuatnya seorang muslim, karena bangsa ini membutuhkan orang orang yang tangguh, yang tidak manja dan pantang menyerah. Menjadi sholeh dengan ukuran tidak bolong sholat saja belum cukup untuk menjadi generasi rabbani yang dinantikan oleh Islam. Ganbate buat generasi muda….

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar anda, inspirasiku...