Rabu, 03 Agustus 2011 By: ArtiHapsari

Sebarkanlah kebaikan meski kita belum bisa menyempurnakan

Sebelum berangkat sekolah seorang ayah berpesan pada anaknya :

“Anakku, perbanyaklah amalmu, dengan memberikan nasehat yang baik kepada temanmu !”

“Iya ayah….” jawab si anak

Tapi si anak justru cemberut ketika pulang sekolah.

“Kenapa mukamu cemberut ?” Tanya sang ayah

“Aku sebel ! Ketika aku mengikuti perkataan ayah untuk memberikan nasehat yang baik kepada temanku, maka temanku berkata : “Ah, kau sok nasehati orang, pikiran aja deh dirimu sendiri……”"

Si ayah kemudian memberi nasehat pada si anak untuk tetap berbuat baik pada teman temannya.

Dari cerita di atas, kita sering melihat ada di sekitar kita, bahwa ketika kita memberi nasehat kepada orang lain dengan nasehat yang baik, biasanya langsung dibalas dengan pernyataan yang seakan akan menginginkan kita jangan sok menasehati karena kita pun bukan pribadi yang baik.

Sebenarnya, jika kita ingin menyampaikan sebuah nasehat kebaikan, maka sampaikanlah walaupun kita belum melakukannya. Ada kalanya seseorang telah diberikan pengetahuan tentang hakikat sebuah kebaikan oleh Allah, tetapi belum diberikan kesempatan untuk melakukannya. Jika hal tersebut terjadi, janganlah menghalangi penyebaran kebenaran tersebut.

Contoh kasus, ketika kita menasehati orang yang meraung raung ketika ibunya meninggal, padahal kita juga belum merasakan kehilangan ibu. Maka tanpa pengalamanpun kita seyogyanya tetap memberi nasehat dan petuah yang baik supaya tetap tabah dan tawakal.. Atau ketika memberi nasehat seorang anak nakal yang terjerumus pergaulan bebas, apakah kita menunggu untuk mengalaminya dahulu sebelum menasehatinya bagaimana cara keluar dari pergaualan bebas?

Kita hapal ayat “ Sebarkanlah kebaikan meski satu ayat”…Jadi untuk menjadi penyebar kebaikan tidak perlu menunggu kita sempurna dulu, karena manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Saya merasakan sendiri ketika diamanahi memegang kelompok kelompok kecil pengajian, pada awalnya berat karena saya masih banyak kekurangan. Tapi lama kelamaan justru membina adalah bagian dari kebutuhan karena dari sanalah semakin menambah kemampuan kita mengatasi banyak masalah, justru dari membina pengajian membuat diri kita sedikit terbentengi dan semoga menjadi jalan penyempurnaan hidup.

Beberapa dari kita juga ketika mengidolah seseorang atau ulama karena figuritasnya. Dan ketika tiba suatu saat si ulama tersebut tersandung masalah, kemudian kita langsung antipati. Padahal kita harus ingat bahwa ulama itu manusia (tanpa “juga”) yang mempunyai kekhilafan, bukan manusia yang sempurna. Maka, proporsionallah mengidolakan seseorang, karena tak ada suri tauladan yang patut kita idolakan selain Rosul Alloh. Tapi penyeru penyeru kebaikan itu haruslah tetap ada. Semua orang berkewajiban menjadi penyeru kebaikan bagi sesama, karena tugas nasehat menasehati adalah kewajiban semua manusia, seperti yang diterangkan dalam surat Al ashri..”dan nasehat menasehatilah dalam kebaikan dan kesabaran”

Maka tetaplah menjadi manusia yang senantiasa memberi nasehat baik kepada saudaranya, meskipun kita belum dapat menyempurnakan kebaikan, mudah-mudajhan nasehat itu bisa menjadi benteng kita menjaga kehormatan diri dan menambah keimanan kita pada Alloh.

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar anda, inspirasiku...