Kamis, 10 Juni 2010 By: ArtiHapsari

Tak ada Yang Cacat Dalam Skenario Alloh

Tidak sedikit orang yang berprasangka Alloh tak adil dalam hidup kita. Atau Alloh tidak memberikan apa yang kita mau…Coba cek saja semisal kita ternyata mendapat pekerjaan yang tempatnya jauh dari orang tua-apalagi luar Jawa (bagi yang di jawa), pasti kita akan mengeluh terus setiap hari pada situasi yang ada, atau jenuh terhadap lingkungan yang tidak kita sukai. Meskipun tidak mengecam Alloh secara langsung, tapi kita menyangsikan Alloh. Padahal jika saja kita dapat menempatkan rasa syukur kita pada takaran yang tepat, maka perasaan terkucil, tidak menyukai lingkungan akan hilang karena perasaan positif yang kita bangun. Tapi jika saja kita selalu menghardik keadaan, maka meski kita terus bersyukur dalam lisan, tetap saja hati kita mengenyahkannya dan terus mengeluh…

Atau bila saja dalam perjalanan pernikahan, kemudian tiba-tiba kita merasa bahwa pasangan kita tidak cocok, terus kita melirik yang lain dan perselingkuhan itupun terjadi, maka kita seakan-akan menyalahkan Alloh atas jodoh kita yang tak sempurna. Pernikahan yang tidak nyaman menjadi alibi perselingkuhan terlegalkan secara syariat. Apakah begitu sikap seorang muslim? Apakah perasaan perselingkuhan tersebut muncul kaena kita mencacatkan skenario jodoh kita yang berarti mencacatkan ALLOH? Cobalah kita mengintrospeksi diri kita apakah kita sudah termasuk muslim yang menyempurnakan ikhtiar kita dalam mnsyukuri jodoh kita?
Atau contoh lain, ketika kita diberikan Alloh jodoh yang tidak sekufu (menurut pendapat kita, orang tua atau sekeliling kita), lalu kita mecerocos seakan-akan ukuran sekufu adalah persoalan materi dan prestisius? Itu juga sama saja dengan mencela skenaro Alloh.
Bila saja kita mendapatkan sesuatu yang menurut kita tidak baik, sering pula kita menganggap bahwa ukuran Alloh tak sempurna. Kita juga mendikte kriteria jodoh kita pada Alloh, bahkan kita mendikte Alloh untuk mengabulkan setiap permohonan kita. Malunya kita, padahal kita amat kecil di hadapan Alloh,siapa kita berhak mendikte Alloh?
Apa yang telah Alloh tetapkan adalah sesuai dengan takaran kita, apa yang kita dapatkan adalah jatah yang telah diperhitungkan dengan ketelitian yang tinggi. Alloh sendiri yang mengatur rizki, jodoh, pertemuan dan perpisahan kita. Lalu apa hak kita untuk mendikte dan mencela skenarionya.
Tak ada yang cacat dalam skenario Alloh. Semuanya telah ditulis dengan sangat sempurma. Tugas kita hanyalah menguraikan benang dan puzzle kehidupan yang menurut kita rumit. Bagaimana caranya? Tentu dengan mengahdirkan syukur dan sabar dalam takaran yang tepat. Apakah kita bisa? Pasti bisa, karena kita diberikan ujian yang sesuai dengan kapasitas kita, dan kita diberikan kelapangan juga sesuai dengan kemampuan kita menerimanya. Intinya bahwa ketika kita menerima kemudahan kita akan bersyukur, dan ketika menerima kesempitan maka kita akan bersabar, dan selalu mengadirkan kemampuan untuk selalu memperbaiki diri dan meningkatkan kapasitas diri supaya beban dan kelapanangan yang Alloh berikan juga dapat kita lalui dengan ikhtiar dan tawakal yang sempurna.
Cobalah untuk memndang positif semua skenario Alloh, karena sebuah aksioma bahwa tak ada yang cacat dalam skenario Alloh..
Wallohu `alam

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar anda, inspirasiku...