Membaca pesan dari seorang guru
tentang makna kehidupan membuatku kembali menilik ke dalam hati tentang makna
kuat. Dalam pesannya, beliau menceriatakan tentang seorang anak yang
mengeluhkan suaminya yang ternyata malas, tidak peka, dan sebagainya yang dibeberkan
secara gambalang dari seorang anak perempuan kepada ibunya dan berharap iba.
Tapi apa yang dilakukan ibunya justru membuat si anak merengut karena reaksi
ibunya tidak seperti yang diharapkan. Ia berharap ibunya akan berpihak
kepadanya dan akan menasehati suaminya. Tapi ternyata tidak, si Ibu justru
menuju ke dapur dengan tetap diikuti si anak yang masih terus mengeluhkan
suaminya. Anaknya semakin bingung ketika ibunya justru mengambil tiga buah
gelas dan masing masing diisi air panas dari termos. Bukan cuma itu, si Ibu
juga mengambil irisan wortel, telor dan kopi yang masing masing dimasukkan ke
dalam gelas berisi air panas. Tak lupa ibu menutup gelas tersebut beberap saat
dengan tetap mendengarkan keluhan si anak. Setelah beberapa waktu, si ibu mulai
berbicara dan akhirnya si anak diam tercengang karena apa yang dibicarakan ibu
tidak nyambung. Si anak membicarakan suaminya, justru ibunya membicarakan isi
dalam gelas
Perlahan si ibu membuka gelas
tersebut dan mengambil wortel. Ibu mertanya kepada anaknya “Jadi apa wortel
ini”. Si anak menjawab “jadi lembek” sambil menusuk nusuk wortel dengan ujung
kuku.
Si ibu kemudian mengambil telor dalam
air panas dan bertanya kepada anaknya”Kalo kulit telor ini jadi apa, nak?”.
Masih bingung anaknya menjawab “kulitnya jadi keras, bu”, sambil mengetuk
ngetuk kulit telor dengan ujung jari.
Pada kali ketiganya sebelum
ibunya bertanya si anak segera berkata “kopinya harum bu”. Si ibu menjawab “
betul sekali, harum sekali kopinya nak”
Kemudian si ibu bertanya kepada
anaknya untuk apa kiranya ibu bertanya tentang tiga hal tersebut, si anak
menggeleng, lalu ibunya menceritakan makna dibalik maksudnya. Bahwa
sesungguhnya hidup itu ibarat air panas di dalam gelas, Setiap orang
mendapatkan jatah hidup dengan kisahnya masing –masing seperti halnya air panas
dalam gelas tersebut, lalu yang dimasukkan ke dalam gelas adalah ibarat
keadaan,kehidupan, ujian yang sering kali menghampiri.
Jika dalam kehidupan, setiap ada
ujian kita lemah, bersedih, frustasi dan putus asa, maka kita tak ubahnya
seperti wortel dalam air panas. Lembek dan lemah.
Jika ujian yang menghampiri kita
justru menjadikan kita jauh dari Alloh, dinasehati susah, tidak mau berdamai
dengan kehidupan, maka itu ibarat mengerasnya hati laksana mengerasnya kulit
telor.
Tapi jika kita mau belajar dari
kegagalan, kita bisa memuka celah kebaikan dalam setiap ujian, bisa mengambil
hikmah dari setiap kejadian, bisa berdamai dengan kehidupan, semakin tenang dan
arif dalam bersikap, dan dewasa dalam bertindak maka kita seperti kopi dalam
air panas. Kopi yang dituang justru memberi warna dalam air, seperti juga kita
dalam setiap ujian yang menghampiri justru membuat kita semakin dewasa, semakin
memaknai hidup, semakin mewarnai hidup dan bisa membawa keadaan yang tadinya
murung, tidak mungkin , tidak ada jalan keluar, menjadi keadaan yang positif
dalam cara pandang.
Dalam akhir pesan, Alloh memberi
kita pilihan dalam hidup, kita mau menjadi manusia yang lembek, yang semakin
keras atau yang semakin dewasa? Jika kita mau lembek atau keras..maka bukan
rahmat yang datang, melainkan petaka. Kita semakin lemah dan semakin keras
dalam hidup. Namun jika pilihan kita adalah bersikap dewasa dalam hidup, maka
pilihan tersebut adalah pilihan terbaik, pilihan yang paling tepat, dan memang seharusnya
kita menjadi manusia yang semakin dewasa dalam hidup.
Tapi apa itu mudah? Pastinya tidak.
Lara yang kita alami, duka yang tidak tau kapan berakhir, pertolongan Alloh
yang entah kapan akan datang, kadang membuat kita surut ke belakang, melemahkan
asa. Tapi sungguh bagi kita yang yakin akan pertolongan Alloh, pasti akan
selalu meyakini bahwa semua akan indah pada waktunya. Kapan waktunya? Hanya
Alloh yang paling mengerti kapan dan bagaimana jalan keluar itu akan datang.
Bahkan mungkin kesabaran kita lah yang menjadi jalan turunnya pertoloangan
Alloh.
Membaca pesan itu dari seorang
guru mengingatkanku tentang makna kuat. Menjadi pribadi yang kuat, tegar, kokoh
ternyata memang membutuhkan kekuatan untuk menaklukan ego dan asa dalam diri
bahwa kita berhak menjadi kopi yang
harum. Biarlah Alloh yang membuka tabir jalan keluar terhadap semua
hajat dan kesulitan hidup kita. Toh pada akhirnya kita akan menyadari bahwa
Allohlah yang memberikan ujian itu pada kita, dan Alloh pulalah yang memberi
jalan keluar atas ujian itu. Karena memang sebenarnya tidak ada pilihan lain
selain kita dewasa bersama hidup, karena hidup harus semakin mendewasakan kita
supaya kita memahami makna kebermaknaan dalam hidup, bukan seperti layaknya
anak kecil yang selalu minta dimengerti.
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar anda, inspirasiku...