Selasa, 23 Juni 2015 By: ArtiHapsari

My 2nd Wedding Anniversary

Hari ini adalah hari jadi pernikahanku yang kedua. Sejenak seperti euforia atau alay kaya anak ABG. Namun aku memahaminya sebagai hari jadi untuk kembali merenungi makna pernikahan yang telah kami arungi selama dua tahun. Suamiku adalah orang lain dua tahun lalu, yang tak kukenali sebelumnya bahkan dari sebuah media sosial sekalipun, aku hanya punya 4 mutual friends dan itupun PKS dari beberapa daerah.

Ya...kami dipersatukan melalui jamaah sebagai perantaranya. Jamaah tarbiyah yang telah mengumpulkan kami bersama orang orang baik yang bersama melakukan kebaikan. Jamaah ini bukanlah jamaah malaikat, namun bersamanya kami memiliki makna dan dapat berkontribusi untuk umat.

Setiap ulang tahun pernikahan, kami mentafakuri lagi kisah kisah kami dipertemukan, berterima kasih kepada guru guru kami yang telah membantu menjodohkan kami. Satu hal yang selalu saja kami bicarakan adalah perasaan perasaan kami saat proses pernikahan. Ya...salah satunya adalah penentuan tanggal 23 Juni sebagai hari pernikahan. Pada tahun 2013, 23 Juni adalah bulan syaban, yang dua minggu kemuadian sudah ramadhan. Orang tua ku dulu memberi waktu adalah setelah syawal, atau sekitar bulan September, namun entah bagaimana sang arjunaku dapat melobi waktu tersebut.

Aku dikhitbah tanggal 31 maret, dilamar tanggal 27 april...dan ketika ditanya di depan umum, ternyata sang arjuna menyatakan tanggal pernikanan adalah 23 Juni 2013...artinya, dari mulai taaruf sampai menikah hanya sekitar 3 bulan saja dengan intensitas pertemuan hanya 3 kali, dan intensitas telepon hanya 2 kali, dan sms hanya seperlunya.

jaman sekarang, jaman yang penuh logika, logika tentang makna jodoh, logika tentang sebuah hubungan yang tak mungkin sampai pernikahan tanpa pacaran. Itu logika manusia. Tapi kami yakin tentang qodarulloh, tentang takdir yang telah tertulis di lauhul mahfuz, yang telah Alloh tuliskan saat kami dalam kandungan, kapan kami akan bertemu jodoh. Ya...lafazh akad yang telah menghalalkan kami merupakan janji Alloh yang tak pernah bisa diingkari.

Merenda dua tahun pernikahan telah membuahkan buah cinta kami yang kami namai Arsyila Nur Azkia. Dua tahun ini menjadi momentum untuk kami menilik kembali janji janji suci yang telah kami ikrarkan, bahwa kami menikah dalam jalan dakwah. Merelakan sebagian waktu, harta, tenaga untuk dakwah. Menilik kembali target target yang belum kami penuhi di tahun ini..

Tilawah setiap ba`dha maghrib, sholat jamaah di masjid, dua taklim remaja, hafalan 2 juz, liqoan digarap, tesis diselesaikan, bisa naik motor, dan lain sebagainyaa... ahhhh.. sepertinya kami perlu menguatkan kembali azam azam yang belum bisa kami penuhi dengan maksimal...

Semoga janji janji kami terikat di lauhul mahfuz, janji mitsaqon ghaliza yang telah kami ikrarkan bukan hanya semata janji cinta kami berdua, tapi mengingatkan kembali tentang janji janji kami di hadapan Alloh untuk senantiasa istiqomah dalam jalan dakwah

Teruntuk suamiku, yang selalu sabar, yang selalu ceria, yang halus perangainya, terima kasih telah mengisi hari hariku selama dua tahun ini. Terima kasih telah menjadi imam untukku dan buah hati, Arsyila Nur Azkiya.
Semoga Alloh mengizinkan kita untuk menua bersama, merangkai indah pernikahan dalan ikatan dakwah, dan dapat mendidik anak anak menjadi anak anak yang sholeh dan sholehah..Ana uhibbuka fillah...

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar anda, inspirasiku...